Jadilah orang pertama yang menerima update artikel terbaru dari kami!!!

Kisah Taubat Seorang Pembunuh 100 Orang

Daftar Isi

Kisah Taubat Seorang Pembunuh 100 Orang

Kita semua merupakan hamba Allah yang tak luput dari salah dan dosa. Dengan nafsu yang sulit dikendali, membuat jiwa condrong kepada kejelekan, fitnah dunia dan kelalaian.

Ditambah lagi dengan musuh yang tak henti-hentinya menggoda manusia hingga terjerumus kepada kemaksiatan. Adapun solusi untuk keluar dari semua itu adalah dengan bertaubat, kembali kapada Allah SWT.

Sebesar apapun dosa dan kesalahan yang kita lakukan, kita akan tetap berpeluang menjadi ahli surga. Jangan pernah berputus asa untuk berubah, mencari keampunan dari Allah SWT. Karena rahmat dan keampunan Allah jauh lebih besar daripada kesalahan dan dosa para hambanya.

Diceritakan pada zaman dahulu, ada seorang laki-laki pembunuh, yang mana ia telah melakukan pembunuhan hingga mencapai 99 orang. Ia menyesal dan ingin bertaubat dari apa yang telah ia lakukan.

Dengan tekad yang kuat untuk bertaubat, ia pun mencari sosok orang alim yang bisa membimbingnya dan bisa dijadikan tempat bertanya perihal keinginannya untuk bertaubat. Maka ia pun diarahkan kepada seorang Rahib.

Setelah diarahkan, dengan bergegas ia pun pergi untuk menjumpai rahib. Setelah sampai di tempat rahib, ia pun menceritakan kepada sang Rahib bahwa ia telah membunuh sebanyak 99 orang dan bertanya, “Apakah dengan dosaku ini masih ada peluang bagiku untuk bertaubat?”

Mendengar pernyataan itu, sang rahib kaget dan terkejut dengan apa yang telah dilakukan, ia beranggapan bahwa dosa tersebut tidak pantas mendapatkan ma’af serta keampunan dari pada Allah SWT, lantas ia pun menjawab: “Tidak. Tidak ada taubat bagimu.”

Sebuah jawaban yang tak diharapkan, membuat sang lelaki perenggut 99 nyawa menjadi marah, lalu membunuh sang Rahib. Maka genaplah menjadi 100 orang.

Lelaki yang kini sudah genap membunuh 100 jiwa, melanjutkan pengembaraannya untuk mencari sosok orang alim yang bisa membimbingnya untuk bertaubat. Kemudian ia ditunjukkan kepada seorang yang alim dan menceritakan serta mengajukan pertanyaan serupa,

“Aku telah membunuh 100 orang. Apakah dengan dosaku ini taubatku masih bisa diterima?”

“Iya, tentu saja. Tidak ada yang bisa menghalangi antara dirimu dengan taubat? pintu taubat selalu terbuka.” Jawabnya dengan bijak.

Orang alim kemudian memberikan arahan kepada laki-laki itu untuk pergi hijrah ke suatu negeri yang mana penduduknya taat menyembah Allah dan memerintahkannya untuk menjalankan ketaatan bersama mereka serta melarang untuk kembali ke tempat asalnya, karena negeri tempat asal laki-laki tersebut adalah negeri kufur yang penuh dengan kemaksiatan.

Lelaki itu pun melaksanakan nasehat dari sang alim. Ia segera berangkat menuju negeri tersebut dengan tekad yang kuat dan niat yang tulus untuk bertaubat. Namun di tengah perjalanan ajal menjemputnya.

Keadaan lelaki ini memicu perdebatan di antara malaikat rahmat dan malaikat azab. “Lelaki ini belum pernah sedikitpun berbuat kebaikan.” kata malaikat azab. Sementara malaikat rahmat mengatakan: “Lelaki ini sudah bertaubat, melakukan pengembaraan dengan penuh penyesalan dan ia datang sebagai seorang yang bertaubat untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.”

Melihat perdebatan yang terjadi, Allah kemudian mengutus malaikat yang berbentuk manusia untuk menjadi penengah. Maka kedua malaikat rahmat dan malaikat azab meminta keputusan kepada malaikat yang berwujud manusia tersebut.

Setelah itu, malaikat ini menawarkan solusi untuk mengukur jarak terdekat antara lelaki dengan negeri yang dituju dan negeri yang ditinggalkan.

Kemudian diukurlah jarak antara keduanya. Ternyata laki-laki tersebut lebih dekat jaraknya ke negeri yang akan ia tuju dari pada negeri yang ia tinggalkan.

Kisah ini, disebutkan oleh Rasulullah SAW dalam sebuah hadis yang diriwayatkan dari pada Abu Sa’id al-Khudri:

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ أَنَّ نَبِيَّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ كَانَ فِيمَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ رَجُلٌ قَتَلَ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ نَفْسًا فَسَأَلَ عَنْ أَعْلَمِ أَهْلِ الْأَرْضِ فَدُلَّ عَلَى رَاهِبٍ فَأَتَاهُ فَقَالَ إِنَّهُ قَتَلَ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ نَفْسًا فَهَلْ لَهُ مِنْ تَوْبَةٍ فَقَالَ لَا فَقَتَلَهُ فَكَمَّلَ بِهِ مِائَةً ثُمَّ سَأَلَ عَنْ أَعْلَمِ أَهْلِ الْأَرْضِ فَدُلَّ عَلَى رَجُلٍ عَالِمٍ فَقَالَ إِنَّهُ قَتَلَ مِائَةَ نَفْسٍ فَهَلْ لَهُ مِنْ تَوْبَةٍ فَقَالَ نَعَمْ وَمَنْ يَحُولُ بَيْنَهُ وَبَيْنَ التَّوْبَةِ انْطَلِقْ إِلَى أَرْضِ كَذَا وَكَذَا فَإِنَّ بِهَا أُنَاسًا يَعْبُدُونَ اللَّهَ فَاعْبُدْ اللَّهَ مَعَهُمْ وَلَا تَرْجِعْ إِلَى أَرْضِكَ فَإِنَّهَا أَرْضُ سَوْءٍ فَانْطَلَقَ حَتَّى إِذَا نَصَفَ الطَّرِيقَ أَتَاهُ الْمَوْتُ فَاخْتَصَمَتْ فِيهِ مَلَائِكَةُ الرَّحْمَةِ وَمَلَائِكَةُ الْعَذَابِ فَقَالَتْ مَلَائِكَةُ الرَّحْمَةِ جَاءَ تَائِبًا مُقْبِلًا بِقَلْبِهِ إِلَى اللَّهِ وَقَالَتْ مَلَائِكَةُ الْعَذَابِ إِنَّهُ لَمْ يَعْمَلْ خَيْرًا قَطُّ فَأَتَاهُمْ مَلَكٌ فِي صُورَةِ آدَمِيٍّ فَجَعَلُوهُ بَيْنَهُمْ فَقَالَ قِيسُوا مَا بَيْنَ الْأَرْضَيْنِ فَإِلَى أَيَّتِهِمَا كَانَ أَدْنَى فَهُوَ لَهُ فَقَاسُوهُ فَوَجَدُوهُ أَدْنَى إِلَى الْأَرْضِ الَّتِي أَرَادَ فَقَبَضَتْهُ مَلَائِكَةُ الرَّحْمَةِ

“Diriwayatkan dari pada Abi Sa’id al-Khudri, sesungguhnya Nabi SAW bersabda, dahulu ada seorang laki-laki yang telah membunuh 99 orang. Kemudian ia mencari orang yang paling banyak ilmunya. Maka ia ditunjukkan kepada seorang rahib dan ia pun langsung mendatanginya. Ketika ia telah berada di depan rahib, ia pun menceritakan dengan berterus terang bahwa ia telah membunuh  sebanyak 99 orang dan jika ia ingin bertaubat, apakah taubatnya itu akan diterima?... mendengar pernyataan itu, rahib pun kaget serta ia lantas memberikan jawaban: “Tidak. Taubatmu tidak akan diterima”. Akhirnya laki-laki itu langsung membunuh rahib hingga genaplah 100 orang yang telah ia bunuh. Kemudian laki-laki itu mencari orang lain yang paling banyak ilmunya. Lalu ia ditunjukkan kepada orang yang mempunyai ilmu yang banyak. Ketika ia telah berada di depan orang alim itu, ia pun menceritakan bahwa ia telah membunuh  sebanyak 100  orang dan jika ia ingin bertaubat, apakah taubatnya itu akan diterima?... Orang alim itu menjawab: “Ya. Tidak ada yang dapat menghalangi antara kamu dan taubat. Pergilah ke daerah ini dan itu, karena di sana banyak orang yang beribadah kepada Allah SWT. Beribadahlah kamu kepada Allah bersama mereka dan janganlah kamu kembali ke daerahmu, karena daerahmu itu termasuk lingkungan yang buruk.” Maka berangkatlah laki-laki itu ke daerah yang telah ditunjukan oleh orang alim kepadanya. Di tengah perjalanan menuju ke sana laki-laki itu pun meninggal dunia. Kemudian malaikat Rahmat dan Azab saling berbantahan. Malaikat Rahmat berkata: “Orang laki-laki ini telah berniat pergi ke suatu wilayah untuk bertaubat dan beribadah kepada Allah dengan sepenuh hati.” Malaikat Azab membantah: “Tetapi, bukankah ia belum sama sekali berbuat baik.” Akhirnya datanglah seorang malaikat yang berwujud manusia menemui kedua malaikat yang sedang berbantahan. Keduanya pun meminta keputusan kepada malaikat yang berwujud manusia tersebut. Maka malaikat itu berkata: “Ukurlah jarak yang terdekat dengan orang yang meninggal dunia ini dari tempat berangkatnya hingga ke tempat tujuannya. Mana yang terdekat, maka itulah keputusannya.” Ternyata dari hasil pengukuran mereka itu terbukti bahwa tempat laki-laki tersebut meninggal dunia lebih dekat ke tempat tujuannya. Dengan demikian orang tersebut berada dalam genggaman malaikat Rahmat.”

 

Wallahu A’lam bi al-Shawab…

Semoga bermanfaat…


Sumber: Riyadh al-Shalihin

Posting Komentar