Kisah Taubat Seorang Pembunuh 100 Orang
Kisah Taubat Seorang Pembunuh 100 Orang
Kita
semua merupakan hamba Allah yang tak luput dari salah dan dosa. Dengan nafsu
yang sulit dikendali, membuat jiwa condrong kepada kejelekan, fitnah dunia dan
kelalaian.
Ditambah
lagi dengan musuh yang tak henti-hentinya menggoda manusia hingga terjerumus
kepada kemaksiatan. Adapun solusi untuk keluar dari semua itu adalah dengan
bertaubat, kembali kapada Allah SWT.
Sebesar
apapun dosa dan kesalahan yang kita lakukan, kita akan tetap berpeluang menjadi
ahli surga. Jangan pernah berputus asa untuk berubah, mencari keampunan dari
Allah SWT. Karena rahmat dan keampunan Allah jauh lebih besar daripada
kesalahan dan dosa para hambanya.
Diceritakan
pada zaman dahulu, ada seorang laki-laki pembunuh, yang mana ia telah melakukan
pembunuhan hingga mencapai 99 orang. Ia menyesal dan ingin bertaubat dari apa
yang telah ia lakukan.
Dengan
tekad yang kuat untuk bertaubat, ia pun mencari sosok orang alim yang bisa
membimbingnya dan bisa dijadikan tempat bertanya perihal keinginannya untuk
bertaubat. Maka ia pun diarahkan kepada seorang Rahib.
Setelah
diarahkan, dengan bergegas ia pun pergi untuk menjumpai rahib. Setelah sampai
di tempat rahib, ia pun menceritakan kepada sang Rahib bahwa ia telah membunuh
sebanyak 99 orang dan bertanya, “Apakah dengan dosaku ini masih ada peluang
bagiku untuk bertaubat?”
Mendengar
pernyataan itu, sang rahib kaget dan terkejut dengan apa yang telah dilakukan,
ia beranggapan bahwa dosa tersebut tidak pantas mendapatkan ma’af serta
keampunan dari pada Allah SWT, lantas ia pun menjawab: “Tidak. Tidak ada taubat
bagimu.”
Sebuah
jawaban yang tak diharapkan, membuat sang lelaki perenggut 99 nyawa menjadi
marah, lalu membunuh sang Rahib. Maka genaplah menjadi 100 orang.
Lelaki
yang kini sudah genap membunuh 100 jiwa, melanjutkan pengembaraannya untuk
mencari sosok orang alim yang bisa membimbingnya untuk bertaubat. Kemudian ia
ditunjukkan kepada seorang yang alim dan menceritakan serta mengajukan
pertanyaan serupa,
“Aku
telah membunuh 100 orang. Apakah dengan dosaku ini taubatku masih bisa
diterima?”
“Iya,
tentu saja. Tidak ada yang bisa menghalangi antara dirimu dengan taubat? pintu
taubat selalu terbuka.” Jawabnya dengan bijak.
Orang
alim kemudian memberikan arahan kepada laki-laki itu untuk pergi hijrah ke
suatu negeri yang mana penduduknya taat menyembah Allah dan memerintahkannya
untuk menjalankan ketaatan bersama mereka serta melarang untuk kembali ke
tempat asalnya, karena negeri tempat asal laki-laki tersebut adalah negeri
kufur yang penuh dengan kemaksiatan.
Lelaki
itu pun melaksanakan nasehat dari sang alim. Ia segera berangkat menuju negeri
tersebut dengan tekad yang kuat dan niat yang tulus untuk bertaubat. Namun di
tengah perjalanan ajal menjemputnya.
Keadaan
lelaki ini memicu perdebatan di antara malaikat rahmat dan malaikat azab. “Lelaki
ini belum pernah sedikitpun berbuat kebaikan.” kata malaikat azab. Sementara
malaikat rahmat mengatakan: “Lelaki ini sudah bertaubat, melakukan pengembaraan
dengan penuh penyesalan dan ia datang sebagai seorang yang bertaubat untuk
mendekatkan diri kepada Allah SWT.”
Melihat
perdebatan yang terjadi, Allah kemudian mengutus malaikat yang berbentuk
manusia untuk menjadi penengah. Maka kedua malaikat rahmat dan malaikat azab
meminta keputusan kepada malaikat yang berwujud manusia tersebut.
Setelah
itu, malaikat ini menawarkan solusi untuk mengukur jarak terdekat antara lelaki
dengan negeri yang dituju dan negeri yang ditinggalkan.
Kemudian
diukurlah jarak antara keduanya. Ternyata laki-laki tersebut lebih dekat
jaraknya ke negeri yang akan ia tuju dari pada negeri yang ia tinggalkan.
Kisah
ini, disebutkan oleh Rasulullah SAW dalam sebuah hadis yang
diriwayatkan dari pada Abu Sa’id al-Khudri:
عَنْ أَبِي
سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ أَنَّ نَبِيَّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَالَ كَانَ فِيمَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ رَجُلٌ قَتَلَ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ نَفْسًا
فَسَأَلَ عَنْ أَعْلَمِ أَهْلِ الْأَرْضِ فَدُلَّ عَلَى رَاهِبٍ فَأَتَاهُ فَقَالَ
إِنَّهُ قَتَلَ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ نَفْسًا فَهَلْ لَهُ مِنْ تَوْبَةٍ فَقَالَ
لَا فَقَتَلَهُ فَكَمَّلَ بِهِ مِائَةً ثُمَّ سَأَلَ عَنْ أَعْلَمِ أَهْلِ
الْأَرْضِ فَدُلَّ عَلَى رَجُلٍ عَالِمٍ فَقَالَ إِنَّهُ قَتَلَ مِائَةَ نَفْسٍ
فَهَلْ لَهُ مِنْ تَوْبَةٍ فَقَالَ نَعَمْ وَمَنْ يَحُولُ بَيْنَهُ وَبَيْنَ
التَّوْبَةِ انْطَلِقْ إِلَى أَرْضِ كَذَا وَكَذَا فَإِنَّ بِهَا أُنَاسًا
يَعْبُدُونَ اللَّهَ فَاعْبُدْ اللَّهَ مَعَهُمْ وَلَا تَرْجِعْ إِلَى أَرْضِكَ
فَإِنَّهَا أَرْضُ سَوْءٍ فَانْطَلَقَ حَتَّى إِذَا نَصَفَ الطَّرِيقَ أَتَاهُ
الْمَوْتُ فَاخْتَصَمَتْ فِيهِ مَلَائِكَةُ الرَّحْمَةِ وَمَلَائِكَةُ الْعَذَابِ
فَقَالَتْ مَلَائِكَةُ الرَّحْمَةِ جَاءَ تَائِبًا مُقْبِلًا بِقَلْبِهِ إِلَى
اللَّهِ وَقَالَتْ مَلَائِكَةُ الْعَذَابِ إِنَّهُ لَمْ يَعْمَلْ خَيْرًا قَطُّ
فَأَتَاهُمْ مَلَكٌ فِي صُورَةِ آدَمِيٍّ فَجَعَلُوهُ بَيْنَهُمْ فَقَالَ قِيسُوا
مَا بَيْنَ الْأَرْضَيْنِ فَإِلَى أَيَّتِهِمَا كَانَ أَدْنَى فَهُوَ لَهُ
فَقَاسُوهُ فَوَجَدُوهُ أَدْنَى إِلَى الْأَرْضِ الَّتِي أَرَادَ فَقَبَضَتْهُ
مَلَائِكَةُ الرَّحْمَةِ
“Diriwayatkan
dari pada Abi Sa’id al-Khudri, sesungguhnya Nabi SAW bersabda, dahulu ada
seorang laki-laki yang telah membunuh 99 orang. Kemudian ia mencari orang yang
paling banyak ilmunya. Maka ia ditunjukkan kepada seorang rahib dan ia pun
langsung mendatanginya. Ketika ia telah berada di depan rahib, ia pun
menceritakan dengan berterus terang bahwa ia telah membunuh sebanyak 99 orang dan jika ia ingin
bertaubat, apakah taubatnya itu akan diterima?... mendengar pernyataan itu,
rahib pun kaget serta ia lantas memberikan jawaban: “Tidak. Taubatmu tidak akan
diterima”. Akhirnya laki-laki itu langsung membunuh rahib hingga genaplah 100
orang yang telah ia bunuh. Kemudian laki-laki itu mencari orang lain yang
paling banyak ilmunya. Lalu ia ditunjukkan kepada orang yang mempunyai ilmu
yang banyak. Ketika ia telah berada di depan orang alim itu, ia pun
menceritakan bahwa ia telah membunuh sebanyak 100 orang dan jika ia ingin
bertaubat, apakah taubatnya itu akan diterima?... Orang alim itu menjawab: “Ya.
Tidak ada yang dapat menghalangi antara kamu dan taubat. Pergilah ke daerah ini
dan itu, karena di sana banyak orang yang beribadah kepada Allah SWT. Beribadahlah
kamu kepada Allah bersama mereka dan janganlah kamu kembali ke daerahmu, karena
daerahmu itu termasuk lingkungan yang buruk.” Maka berangkatlah laki-laki itu
ke daerah yang telah ditunjukan oleh orang alim kepadanya. Di tengah perjalanan
menuju ke sana laki-laki itu pun meninggal dunia. Kemudian malaikat Rahmat dan
Azab saling berbantahan. Malaikat Rahmat berkata: “Orang laki-laki ini telah
berniat pergi ke suatu wilayah untuk bertaubat dan beribadah kepada Allah
dengan sepenuh hati.” Malaikat Azab membantah: “Tetapi, bukankah ia belum sama
sekali berbuat baik.” Akhirnya datanglah seorang malaikat yang berwujud manusia
menemui kedua malaikat yang sedang berbantahan. Keduanya pun meminta keputusan
kepada malaikat yang berwujud manusia tersebut. Maka malaikat itu berkata: “Ukurlah
jarak yang terdekat dengan orang yang meninggal dunia ini dari tempat
berangkatnya hingga ke tempat tujuannya. Mana yang terdekat, maka itulah
keputusannya.” Ternyata dari hasil pengukuran mereka itu terbukti bahwa tempat laki-laki
tersebut meninggal dunia lebih dekat ke tempat tujuannya. Dengan demikian orang
tersebut berada dalam genggaman malaikat Rahmat.”
Wallahu A’lam bi al-Shawab…
Semoga
bermanfaat…
Sumber: Riyadh al-Shalihin
Posting Komentar