Mengenal Tingkatan Para Fuqaha`
Mengenal Tingkatan Para Fuqaha`
Pengenalan tentang
tingkatan para fuqaha merupakan suatu keniscayaan untuk memahami struktur dan
hierarki dalam ilmu fiqh. Para fuqaha, atau ulama yang memahami dan menerapkan
hukum Islam, memiliki tingkatan yang berbeda berdasarkan pengetahuan,
kualifikasi, dan otoritas mereka.
Memahami tingkatan para
fuqaha tidak hanya penting untuk pemahaman individu, tetapi juga relevan dalam
konteks masyarakat Muslim secara keseluruhan.
Melalui postingan ini,
penulis akan menjelaskan tingkatan para fuqaha, mulai dari mujtahid muthlaq
yang merupakan sumber taqlid, hingga muqallid atau pengikut mazhab.
Mari simak penjelasan
berikut.
Tingkatan Para Fuqaha
Syeikh Wahbah al-Zuhaili
menjelaskan di dalam kitabnya, Al-Fiqh al-Islami wa Adillatuh, bahwa terdapat 6 tingkatan para fuqaha`, yaitu:
1. Mujtahid Muthlaq Mustaqil
2. Mujtahid Muthlaq Yang Tidak Mustaqil
3. Mujtahid Muqayyad
4. Mujtahid Tarjih
5. Mujtahid Fatwa
6. Muqallid
Mujtahid Muthlaq Mustaqil
Mujtahid
Muthlaq Mustaqil adalah tingkatan tertinggi dalam fiqh. Mereka adalah para ulama
yang mandiri dalam menetapkan kaidah-kaidah untuk membangun yurisprudensi,
seperti para imam mazhab yang empat. Ibn Abidin menamakan tingkatan ini dengan Mujtahid
Syara’
Mujtahid Muthlaq Yang Tidak Mustaqil
Mereka adalah para ulama yang memenuhi syarat-syarat
ijtihad untuk menjadi seorang mujtahid, tetapi
mereka tidak membuat kaidah-kaidah tersendiri, melainkan hanya mengikuti metode
imam mazhab dalam ijtihad, seperti murid-murid para imam mazhab.
Ibn Abidin menamakan tingkatan ini dengan Mujtahid Mazhab,
yakni mereka yang mampu mengambil putusan hukum dari beberapa dalil sesuai
dengan kaidah-kaidah yang ditetapkan gurunya, walaupun sebagiannya berbeda.
Mujtahid Muqayyad
Mereka adalah para ulama yang berijtihad pada persoalan
yang tidak dijelaskan oleh Imam Mazhab dan juga Mujtahid Mazhab.
Seperti Al-Khasaf, Al-Tahawi, Al-Karkhi, Al-Halwani,
Al-Sarkhasi, Al-Bazdawi, Qadi Khan dari kalangan mazhab Hanafi, Al-Abhri dan
Ibnu Abi Zaid Al-Qayrawani dari kalangan mazhab Maliki, Abu Ishaq Al-Shirazi,
Al-Maruzi, Muhammad bin Jarir, Abu Nasr dan Ibnu Khuzaymah dari kalangan mazhab
Syafi'i, serta Abi Ya’la dan Abi Ali bin Abi Musa dari kalangan mazhab Hanbali.
Mereka dinamakan dengan Ashabil Wujuh, karena mereka
mengecualikan apa yang tidak diatur dalam perkataan Imam, dan ini disebut wajah
atau qaul dalam mazhab.
Mujtahid Tarjih
Mereka adalah para ulama yang mampu menentukan kuat antara
pendapat imam mazhab dan pendapat orang lain, atau antara pendapat imam mazhab dan
pendapat murid-muridnya atau orang lain.
Seperti Al-Qaduri dan Al-Marghinani dari kalangan mazhab
Hanafi, Khalil dari kalangan mazhab Maliki, serta Al-Rafi'i dan Al-Nawawi dari kalangan
mazhab Syafi’i, dan Ala` Al-Din Al-Mardawi dari kalagan mazhab Hanbali, dan Abu
Al-Khattab Mahfuz bin Ahmad Al-Kaludzani Al-Baghdadi dari kalangan mazhab
Hanbali.
Mujtahid Fatwa
Mujtahid Fatwa adalah
para ulama yang melestarikan mazhab, menyebarkannya, dan memahami yang jelas
dan yang problematis, serta membedakan antara yang kuat dan yang kuat, yang
lemah, yang lebih benar, dan yang lebih mungkin. Namun, mereka tidak mampu
menjelaskan dalil-dalil dan menguraikan mana lebih sesuai.
Muqallid
Muqallid adalah pengikut mazhab, mereka tidak mampu membedakan antara yang kuat dan yang lain.
Keterangan
Ibn Abidin menempatkan
mujtahid tarjih pada tingkatan yang keempat setelah Mujtahid Muqayyad, sama
seperti Imam al-Jashash dan laiinya. Namun, jumhur ulama tidak membedakan
antara Mujtahid Muqayyad dan Mujtahid Tarjih.
Wallahu A’lam bi al-Shawab...
Semoga bermanfaat...
Posting Komentar