Jadilah orang pertama yang menerima update artikel terbaru dari kami!!!

Lebih Baik Berdoa atau Sabar?

Daftar Isi

Lebih Baik Berdoa atau Sabar?

Doa merupakan sebuah ibadah yang sangat dianjurkan dalam islam. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an: 

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُوْنِيْٓ اَسْتَجِبْ لَكُمْ ۗاِنَّ الَّذِيْنَ يَسْتَكْبِرُوْنَ عَنْ عِبَادَتِيْ سَيَدْخُلُوْنَ جَهَنَّمَ دَاخِرِيْنَ ࣖࣖࣖ

“Dan Tuhanmu berfirman, “Berdoalah kepadaku, niscaya akan kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang sombong tidak mau menyembah-Ku akan masuk dalam neraka Jahanam dalam keadaan hina.”

Do’a adalah Inti Ibadah

Nabi Muhammad SAW bersabda dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Tirmidzi dan lainnya:

الدعاء مخ العبادة

“Doa merupakan inti dari Ibadah.”

Syeikh Islam Zakariya al-Anshari menjelaskan bahwa alasan doa dianggap inti dari sebuah ibadah, karena mengandung nilai ketauhidan di dalam hati orang yang berdoa dan anggapannya tidak ada pemberi selain Allah SWT.

Dan beliau juga menjelaskan alasan dikhususkan doa sebagai inti ibadah, karena ketika berdoa, hamba merasakan khusyu’ dan hadir hatinya kepada Allah dalam mengharapkan permintaan kepadanya, Khusyu’ dan Rasa hadir hati merupakan inti dari sebuah ibadah.

Antara Berdoa dan Sabar

Para ulama berbeda pendapat tentang yang lebih baik antara diam serta ridha terhadap ketentuan Allah atau berdoa kepadanya. Sebagian ulama berpandangan ridha kepada Allah dalam keadaan tidak berdoa, lebih baik secara mutlak,  karena terdapat hadis Riwayat Imam Tirmidzi : 

من شغله ذكري عن مسألتي، أعطيته أفضل ما أعطي السائلين

“Barangsiapa yang sibuk mengingatkanku (berdzikir) sehingga menyebabkan lupa meminta kepadaku, maka Aku akan memberikannya yang lebih baik daripada apa yang Aku berikan kepada orang-orang yang meminta kepadaku.”

Dan juga terdapat hadis yang menerangkan anjuran ridha terhadap pemberian Allah dalam keadaan tidak berdoa kepadanya, yaitu kisah seorang perempuan yang mengalami gangguan pikiran, lantas perempuan tersebut meminta kepada Nabi supaya didoakan kesembuhan oleh Allah SWT. Namun, Rasulullah SAW bersabda: “jika engkau sabar, maka tidak ada hisab yang memberatkan kamu”.

Sebagian ulama yang lain berpendapat, ada kondisi di mana seorang hamba lebih baik bersabar yakni tidak berdoa dan ada keadaan hamba mesti berdoa kepada Allah SWT. Hal ini sebagaimana yang diutarakan oleh Imam  al-Qusyairi:

“Ketika dalam hatinya ada isyarat dan dorongan untuk berdoa kepada Allah, maka berdoa itu lebih baik. Namun, jika di dalam hatinya ada isyarat untuk tidak berdoa dan ridha atas pemberian Allah, maka tidak berdoa lebih baik baginya.”

Adapun menurut mayoritas ulama, berdoa itu lebih baik secara mutlak daripada tidak berdoa dan ridha terhadap pemberian Allah SWT, karena diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW berdoa ketika menimpa perkara yang sangat berat.

Adapun kisah wanita sebelumnya yang mengalami penderitaan adalah sebagai bentuk  permintaan kepada Nabi tentang pembelajaran dan melapangkannya. Maka Allah mewahyukan kepada Nabi bahwa tidak ada kelapangan ketika itu, lantas Nabi tidak mendo’akan wanita tersebut dan memerintahnya supaya sabar.

12 Syarat dalam Berdo’a

Do’a bukan hanya sebagai permintaan semata-mata, tetapi doa merupakan ibadah yang besar, tentunya dalam berdo’a terdepat syarat-syarat yang harus ditunaikan seorang hamba.

Syekh Zakariya al-Anshari menjelaskan beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh orang yang berdo’a, yaitu:

1. Doa tidak bersifat mustahil secara akal dan adat. Seperti menghidupkan orang mati, dan melihat Allah di dunia, meminta turun malaikat untuk menanyakan berita tentang keadaan langit, dan setiap perkara yang menjadi mukjizat bagi para Nabi dan karamah bagi wali, kecuali do’a yang berasal dari para Anbiya dan Wali Allah dan kemungkinan perkara tersebut terjadi.

2. Sesuatu yang didoakan, tidak ada dosa baginya. Seperti berdoa untuk bisa minum khamar dan berzina dengan seorang perempuan.

3. Tidak ada tujuan yang fasid. Seperti meminta harta, jabatan, anak, dan kesembuhan yang tujuannya untuk menyombongkan diri.

4. Doanya bukan berupa ikhtibar dan eksperimen kepada Allah SWT. Karena Hamba dilarang menguji dan melakukan percobaan terhadap Zat yang Maha Agung dan Perkasa.

5.  Dalam berdoa tidak meluputkan ibadah lain yang wajib.

6. Ketika hajatnya sangat besar, jangan meminta yang dapat membesarkan hajatnya pada Zat Allah SWT. Karena sebesar apapun hajatnya, tetap sangat kecil bagi Allah, tetapi berdoalah, baik hajatnya itu kecil atau pun besar.

7. Berbaik sangka kepada Allah SWT dalam berdoa dan beranggapan bahwa doanya diterima Allah.

8. Tidak tergesa-gesa dalam mengharap mustajab doa. Seperti orang yang mempunyai hak terhadap orang lain yang harus disegerakan, karena Allah SWT tidak mempunyai hak terhadap siapapun.

Kadang kala Allah tidak mengabul doa kita secara cepat, karena terdapat maslahat dan kebaikan. al-Makki menyatakan: Masa dikabulnya doa Nabi Zakaria ketika meminta mengaruniakan anak adalah selama 40 Tahun. 

9. Mengetahui makna doa, karena doa merupakan permintaan hamba kepada Allah. Ketika seorang berdoa, tapi tidak mengetahui maknanya, dia tidak dianggap sebagai peminta, tetapi naqil kalam (pengutip ucapan). Namun apabila doa tersebut berasal dari orang yang diambil keberkahan dengan ucapannya dan seseorang memilih do’anya, maka tidak mengapa.

10.Memperbaiki ucapannya dalam berdoa. Artinya, memelihara dari ucapan yang dianggap buruk oleh pendengar dan mengucapkan lafaz doa dengan fasih.

11.Berdoa kepada Allah dengan Asmaul Husna yakni nama-nama Allah yang bagus.

12.Beranggapan bahwa kita tidak mampu untuk memenuhi hajat, kecuali Allah.

 

Wallahu A’lam bi al-Shawab...

Semoga bermanfaat...

 

Referensi: Talkhis al-Azhiyah fi Ahkam al-Ad’iyah, Karya Syeikh Zakariya al-Anshari.

 

Tgk. Andrean Maulana, S.Ag, Banda Aceh, Mahasantri Marhalah Tsaniyah (Pascasarjana) Ma’had Aly MUDI Mesjid Raya Samalanga, Aceh.”

Posting Komentar