Tata Cara Pelaksanaan Shalat Istisqa` (Minta Hujan)
Tata Cara Pelaksanaan Shalat Istisqa` (Minta Hujan)
Shalat istisqa` merupakan salah satu daripada shalat sunah
yang disunatkan untuk berjamaah, sama seperti shalat hari raya, shalat gerhana
dan lain lain.
Kali ini penulis akan membahas tentang bagaimana tata
cara pelaksanaan shalat istisqa` dan beberapa hal yang berkaitan dengannya.
Pengertian Istisqa`
Secara bahasa istisqa` diartikan dengan meminta hujan
secara mutlak, baik dari Allah maupun dari yang lainnya.
Sedangkan pada syara’, istisqa` didefinisikan dengan:
طلب سقيا العباد من الله عند حاجتهم إليه
“Permintaan hujan dari seorang hamba kepada Allah ketika
mereka memerlukannya”
Dalil
Adapun yang menjadi dalil dalam pelaksanaan shalat
istisqa` adalah hadis Nabi Muhammad SAW. Di antaranya adalah:
عن ابن عباس قال: خرج رسول الله ﷺ إلى
الإستسقاء متبذلا متواضعا متضرعا حتى أتى المصلى
“Dari
Ibnu Abbas, beliau bersabda: Rasulullah SAW keluar untuk shalat istisqa` dengan
pakaian harian, kerendahan hati dan doa hingga sampai tiba di tempat shalat.”
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: شَكَا النَّاسُ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ ﷺ قُحُوطَ الْمَطَرِ، فَأَمَرَ بِمِنْبَرٍ، فَوُضِعَ لَهُ فِي الْمُصَلَّى، وَوَعَدَ النَّاسَ يَوْمًا يَخْرُجُونَ فِيهِ، فَخَرَجَ حِينَ بَدَا حَاجِبُ الشَّمْسِ، فَقَعَدَ عَلَى الْمِنْبَرِ، فَكَبَّرَ وَحَمِدَ اللَّهَ، ثُمَّ قَالَ: «إِنَّكُمْ شَكَوْتُمْ جَدَبَ
دِيَارِكُمْ، وَقَدْ أَمَرَكُمْ اللَّهُ أَنْ تَدْعُوَهُ، وَوَعَدَكُمْ أَنْ
يَسْتَجِيبَ لَكُمْ، ثُمَّ قَالَ: الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ،
الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ، مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ، لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
يَفْعَلُ مَا يُرِيدُ، اللَّهُمَّ أَنْتَ اللَّهُ، لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ،
أَنْتَ الْغَنِيُّ وَنَحْنُ الْفُقَرَاءُ، أَنْزِلْ عَلَيْنَا الْغَيْثَ،
وَاجْعَلْ مَا أَنْزَلْتَ قُوَّةً وَبَلَاغًا إِلَى حِينٍ»، ثُمَّ رَفَعَ يَدَيْهِ،
فَلَمْ يَزَلْ حَتَّى رُئِيَ بَيَاضُ إِبِطَيْهِ، ثُمَّ حَوَّلَ إِلَى النَّاسِ
ظَهْرَهُ، وَقَلَبَ رِدَاءَهُ، وَهُوَ رَافِعٌ يَدَيْهِ، ثُمَّ أَقْبِلَ عَلَى
النَّاسِ وَنَزَلَ، وَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ، فَأَنْشَأَ اللَّهُ سَحَابَةً،
فَرَعَدَتْ، وَبَرَقَتْ، ثُمَّ أَمْطَرَتْ
“Dari Aisyah
ra. Ia mengatakan: Orang-orang mengadu kepada Rasulullah SAW tentang kekeringan
hujan, maka beliau memerintahkan agar didirikan mimbar dan diletakkan di tempat
shalat. Kemusian menjanjikan orang-orang untuk keluar pada suatu hari. Maka dia
pergi ketika matahari ditutupi, ia duduk di atas mimbar, mengucapkan takbir dan
memuji Allah, lalu berkata: “Kamu telah mengeluh tentang gersang rumahmu. Sesungguhnya
Allah telah memerintahkanmu untuk berdoa kepadanya dan Allah telah berjanji akan
mengabulkan permintaanmu. Kemudian Dia berkata: Segala puji bagi Allah, Tuhan
semesta alam, yang maha pemurah lagi maha penyayang, penguasa hari kiamat.
Tidak ada Tuhan selain Allah. Dia melakukan apa yang saja yang ia kehendaki. Ya
Allah, engkaulah Tuhan. Tidak ada Tuhan selain Engkau. Engkaulah yang kaya dan
kami yang miskin. Turunkan kepada kami hujan, jadikan apa yang telah engkau
turunkan itu kekuatan dan penyampaian untuk sementara waktu.” Kemudian dia
mengangkat kedua tangannya dan terus berjalan sampai bagian putih ketiaknya
terlihat. Kemudian dia membelakangi orang-orang dan dia membalikkan rida`-Nya,
mengangkat kedua tangannya, lalu dia menghadap manusia dan turun, kemudian
melaksanakan shalat dua rakaat. Maka kemudian Allah mendatangkan awan, lalu
bergemuruh, berkilauan, kemudian hujan pun turun.”
Tata Cara Pelaksanaan
Secara garis besar, tata cara pelaksanaan shalat istisqa`
sama seperti shalat pada umumnya dan hampir menyerupai shalat hari raya, namun
terdapat sedikit perbedaan.
Tata cara pelaksanaannya dapat dirincikan
sebagai berikut:
· Membaca takbir sebanyak tujuh kali pada rakaat
pertama dan lima kali pada rakaat kedua dengan mengangkat kedua tangannya, setelah
doa iftitah dan sebelum membaca ta’awwudz serta al-Fatihah.
· Membaca al-Fatihah secara jahr
· Disunnahkan membaca surah qaf pada
rakaat pertama dan iqtarabat pada rakaat kedua atau membaca surah al-A’la
pada rakaat pertama dan surah Al-Ghasyiyah pada rakaat kedua.
· Selain itu sama seperti shalat pada umumnya
Keterangan
· Pemimpin memerintahkan rakyatnya untuk
berpuasa selama 3 hari, bertaubat, mendekatkan diri kepada Allah dengan berbuat
baik dan keluar untuk melaksanakan shalat istisqa` pada hari keempat dalam
keadaan berpuasa.
· Shalat istisqa` bisa dilakukan kapan saja,
walaupun pada waktu yang dimakruhkan, berbeda halnya dengan shalat hari raya
dan shalat lainnya.
· Khatib membaca istigfar pada saat khutbah sebanyak
sembilan kali pada khutbah pertama dan tujuh kali pada khutbah kedua,
sebagaimana takbir pada shalat hari raya.
· Menghadap kiblat pada 1/3 khutbah kedua dan berdoa
· Membalikkan rida` ketika menghadap kiblat saat
khutbah kedua, yakni dengan menjadikan pihak kanan ke sebelah kiri dan
menjadikan pihak atas ke sebelah bawah, begitu juga sebaliknya.
Perubahan ini dibiarkan
saja hingga melepaskan pakaian.
· Khutbah dibolehkan sebelum shalat.
· Dibolehkan untuk mengulangi shalat bila belum
diturunkan hujan.
· Disunatkan keluar saat hujan pertama dan
membuka pakaian, kecuali auratnya.
· Bertasbih ketika ada petir dan kilat.
· Bila sudah siap untuk melakukan shalat
istisqa`, namun hujan turun sebelum pelaksanaannya, maka berkumpul untuk berdoa,
bersyukur dan boleh mengerjakan shalat istisqa` menurut pendapat kuat.
· Membawa anak-anak dan orang-orang tua karena
doa mereka lebih dekat untuk diperkenankan. Begitu juga peternakan.
· Kafir zimmi tidak dilarang untuk hadir, namun
tidak boleh bercampuran dengan muslim.
Wallahu A’lam bi al-Shawab...
Semoga bermanfaat...
Referansi:
I’anah al-Thalibin
Minhaj al-Thalibin
Posting Komentar