Perempuan Penerus Peradaban (3P)
Perempuan Penerus Peradaban (3P)
Oleh: Tgk. Nurmasyitah My dari Laweung, Aceh
“Akal
seluruh umat akan layu dan mati bila perempuan tidak lagi memprioritaskan ilmu, akhlak,
pola pikir dan wawasan yang baik.”
Bicara
tentang perempuan sejatinya berbicara tentang masa depan peradaban. Hampir di
setiap sejarah, perempuan selalu berperan penting dalam melahirkan serta
menumbuhkan generasi-generasi yang luar biasa.
Sebagaimana
ungkapan seorang penyair:
الأمّ مدرسة اذا
أعددتها أعدد ت شعبا طيب الأعراق
“Ibu
adalah madrasah utama. Jika engkau mempersiapkannya maka engkau telah
mempersiapkan generasi terbaik.”
Ungkapan
ini membuktikan bahwa wanita adalah pendidik pertama yang akan memformat
generasi serta memberikan kontribusi dalam kehidupan pemuda, bangsa dan
peradaban.
Sebagaimana
panutan perempuan terdahulu, yaitu salah seorang ibunda dari seorang mujtahid,
pendiri mazhab yang populer. Yakni ibundanya Imam Syafi’i yang bernama Fatimah
binti Ubaidillah.
Sebagaimana
yang telah kita ketahui bahwa Imam Syafi’i terlahir dalam keadaan yatim dan
miskin. Ibundanya lah yang mendidik serta mengarahkan beliau, mulai dari waktu
kecil hingga berhasil menjadi ulama besar.
Ibundanya
selalu menjaga makanan, minuman, kesehatan serta daya pikir Imam Syafi’i,
sehingga beliau mampu menghafal Al-Quran dan hadis pada usia yang masih belia,
yaitu berumur 9 tahun.
Begitu
juga seorang perempuan yang bernama Al-Khansa. Perempuan yang mengumpulkan 4
putranya untuk memberikan pengarahan serta mengobarkan semangat kepada diri
mereka dalam berperang dan mengharapkan syahid dijalan Allah SWT.
Seorang
ibu yang tangguh, rela melepaskan anaknya pergi berjihad hingga keempat
putranya menjemput syahid di medan perang.
Demikian
lah sedikit kisah perempuan-perempuan yang telah berhasil mendidik generasi
yang luar biasa, yang dapat kita jadikan panutan dalam mendidik generasi ke
depannya.
Di samping
itu, kita harus memahami bahwa seorang pendidik yang baik, harus mempunyai jiwa
dan pola pikir yang baik.
Sebagaimana
ungkapan yang mengatakan:
فاقد الشيء لا يعطيه
“Siapa yang tidak
memiliki, ia tak dapat memberi.”
Oleh karena itu, seorang pendidik harus memiliki ilmu, akhlak, pola pikir serta wawasan yang bagus sebagai bekal dirinya dalam mendidik para generasi dan bersosialisasi dengan lingkungan sekitar.
Posting Komentar