Uraian Tentang Am dan Khas dalam Ilmu Ushul
Am dan khas memiliki peran tersendiri dalam memahami dalil ijmali, yang mana
dalil ijmali merupakan salah satu pembahasan yang terdapat dalam ilmu Ushul.
Berikut penulis akan menjelaskan pengertian am dan khas dan beberapa hal
yang berkaitan dengannya.
Mari simak penjelasannya.
Pengertian Am dan Dalalahnya
Am adalah kata yang mencakup segala sesuatu yang layak baginya tanpa
adanya batasan.
Yakni, ‘am adalah kata yang mencakup segala sesuatu yang layak dengan satu
kali ucapan, baik itu hakikat maupun majaz dan juga sesuatu yang dicakup oleh
am itu tidak terbatas.
Lafaz am menunjukkan kepada seluruh jenis yang tercakup di dalamnya selama
tidak ada dalil yang mengkhususkan, sehingga sebagian jenisnya tidak dicakupi
dalam pemahaman lafaz am.
Hal ini akan dijelaskan nantinya pada pembahasan takhsis.
Lafaz Am
Adapun lafaz/kata yang menunjukkan kepada am terbagi 2, yaitu:
1. Tanpa
menggunakan qarinah (indikator)
2. Menggunakan
qarinah (indikator)
Tanpa Menggunakan Qarinah
Lafaz am dengan tanpa qarinah terdapat pada beberapa tempat, di antara:
1. كل
2. أيّ
(istifham, syarthiyah atau maushul)
3. الذي
4. التي
5. جميع
6. مَنْ (istifham, syarthiyah atau maushul)
7. مَا
(istifham, syarthiyah atau maushul)
8. متى
9. أين
10. حيثما
(syarthiyah)
Contohnya:
· كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ
· أَيُّكُمْ
زَادَتْهُ هذه إيمانًا
· أَيُّ رجل جاهد فله الْجنّة
· والّذان
يأْتِيانِهما منكم
· أَكرم الّتي
تتعلّم
· جاء جميع
الْعلماء
· مَن يعمل سوءًا يُجزبه
· وما تفعلوا
مِنْ خَير يعلمه اللّه
· متى هذا الوعد
· أَيْنَمَا تكونوا يُدركْكم الْموت
· حَيثُ مَاكنتم فوَلُّوْا وجوهكم شطره
Menggunakan Qarinah
Adapun lafaz am dengan menggunakan qarinah terbagi 2, yaitu:
1. Itsbat
(menetapkan)
2. Nafi
(meniadakan)
Lafaz am dengan menggunakan qarinah itsbat terdapat pada beberapa tempat,
di antara:
1. Jamak yang
dima’rifahkan dengan alif lam
2. Jamak yang
dima’rifahkan dengan idhafah
3. Mufrad yang
dima’rifahkan dengan alif lam
4. Mufrad yang
dima’rifahkan dengan idhafah
Contohnya sebagai berikut:
· قد أفلح الْمُؤْمِنُوْنَ
· خُذْ مِن أموالِهم
صدقة
· إنّ الْإنسان
لفِى خسرٍ
· فَالْيحْذر
الَّذِيْن يُخالفُون عن أمْرِهِ
Adapun lafaz am dengan menggunakan qarinah nafi terdapat pada beberapa
tempat, di antara:
1. Nakirah yang
terdapat pada kalimat nafi
2. Syarat
3. Istifham
Contohnya sebagai berikut:
· ذالك الْكتاب لا
ريب فيه
· وإنْ أحد من
الْمشركين
· هل تعلم له
سميًّا
Kriteria Am
Adapun kriteria atau ukuran yang menjadi nilai dasar penetapan lafaz am
adalah istitsna (pengecualian).
Yakni, kalimat yang bisa diberlakukan istitsna maka lafaz tersebut
digolongkan kepada lafaz am. Begitu juga sebaliknya, kalimat yang tidak bisa
diberlakukan istitsna maka lafaz tersebut tidak digolongkan kepada lafaz am.
Pengertian Khas dan Takhsis
Khas adalah kebalikan daripada am. Yakni, kata yang tidak mencakup bagi
segala sesuatu yang layak baginya tanpa adanya batasan.
Sedangkan takhsis adalah mengeluarkan sebagian sesuatu yang dicakupi oleh
lafaz am.
Contohnya seperti mengeluarkan orang kafir yang telah melakukan akad
perjanjian dari firman Allah SWT yang
mengatakan:
فاقْتُلُوا
المُشرِكِيْن
“Bunuhlah
orang-oang musyrik.”
Pembagian Takhsis
Takhsis terbagi 2, yaitu:
1. Muttasil
2. Munfasil
Muttasil
Takhsis muttasil adalah takhsis yang tidak bisa dipisahkan dari kalimat am.
Yakni, kalimat yang menjadi takhsis tidak berfaidah jika berdiri sendiri tanpa
dikaitkan dengan kalimat am.
Seperti contoh:
إِلَّا زَيْدًا
“Kecuali si Zaid.”
Kalimat ini tentu tidak berfaidah jika tidak dikaitkan dengan kalimat
am-nya. Sumpama:
جاء الْقَوْمُ
إِلَّا زَيْدًا
Takhsis muttasil terdapat pada beberapa tempat, yaitu:
1. Ististna
2. Syarat
3. sifat
Contohnya:
· جاء الْقَوْمُ إِلَّا زَيْدًا
· أَكْرم الْعلماء إنْ عملوا بعلمهم
· أكرم العلماء العاملين
Ketentuan Istitsna
· Mustatsna dan mustatsna minh merupakan
ungkapan dari satu orang, kecuali firman Allah dengan sabda rasul
· Mustatsna dan mustatsna minh tidak boleh
berselang waktu yang lama
· Mustatsna minh tersisa walaupun hanya satu
· Mustastna merupakan bagian dari jenis
mustastna minh
Munfasil
Takhsis munfasil merupakan kebalikan daripada takhsis muttasil.
Yakni, takhsis munfasil adalah takhsis yang berdiri sendiri dalam memberi
faidah tanpa memerlukan kalimat am yang ditakhsiskan.
Takhsis munfasil terdapat pada beberapa tempat, yaitu:
1. Takhsis
Al-Quran dengan Al-Quran
2. Takhsis
Al-Quran dengan Hadis
3. Takhsis Hadis
dengan Al-Quran
4. Takhsis Hadis
dengan Hadis
5. Takhsis
Al-Quran dengan Qiyas
6. Takhsis Hadis
dengan Qiyas
Contohnya
Takhsis Al-Quran dengan Al-Quran
ولَا تنكحوا
المُشرِكات
“Jangan
kalian nikahi perempuan-perempuan musyrik.” Ayat ini mencakup semua orang-orang
kafir.
Ditakhsiskan dengan ayat:
والْمُحْصَنات
من الّذِيْنَ أُوتوا الْكتابَ مِنْ قَبْلِهِمْ
“Dan
perempuan-perempuan yang menjaga kehormatan daripada orang yang diberi kitab
sebelum kamu”. Yakni, dihalalkan bagi kamu.
Takhsis Al-Quran dengan Hadis
يُوصيْكُم اللّه
فى أولَادكُم
“Allah
mensyari’atkan bagimu tentang (pembagian harta pusaka) untuk anak-anakmu,” Ayat
ini mencakupi seluruh anak, baik itu beragama islam atupun tidak.
Ditakhsiskan dengan hadis:
لايَرِثُ
الْمسلمُ الكافرَ وَلا الكافرُ الْمسلمَ
“Orang
islam tidak bisa mempusakai orang kafir dan orang kafir juga tidak bisa
mempusakai orang islam.”
Takhsis Hadis dengan Al-Quran
لايقبل اللّه
صلاة أحدكم إذا أحدث حتّى يتوضّأ
“Allah
SWT tidak menerima shalat di antara kamu apabila ia berhadas hingga berwudhu.”
Hadis ini mengharuskan berwudhu bagi seluruh mukallaf bila berhadas, baik yang
sedang sakit, musafir ataupun tidak.
Ditakhsiskan dengan ayat:
وإنْ كنتم
مَرضَى (الى قوله) فلم تجدُوْا ماءً فتيمّموْا
“Dan
jika kamu sedang sakit, dalam perjalanan, datang dari tempat buang air atau
bersentuhan dengan perempuan dan kamu tidak mendapatkan air maka bertayammumlah
dengan tanah yang suci.”
Takhsis Hadis dengan Hadis
فيما سقت
السَّماء الْعُشْر
“Hasil tanaman yang disiram dengan air hujan, wajib membayar zakat seper
sepuluh.” Hadis ini mencakup seluruh tanaman, baik yang telah mencapai nishab
atupun tidak.
Ditakhsiskan dengan hadis:
لَيْسَ فيْما
دُونَ خَمْسة أَوْسُقٍ صدقة
“Hasil
tanaman yang kurang dari 5 wasaq, tidak wajib di keluarkan zakat.”
Takhsis Al-Quran dengan Qiyas
الزّانِيَةُ
والزّانيْ فَاجْلدُوا كُلَّ واحد منهما مِائة جلدة
“Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina maka jilid lah keduanya
sebanyak seratus kali.”
Ayat ini mencakupi seluruh jenis manusia, baik itu orang merdeka atau pun
hamba sahaya.
Ditakhsiskan dengan ayat:
فإذا أُحْصنَّ
فإنْ أتين بِفاحشة فعليهِنَّ نصفُ مَاعلى الْمُحصنات مِن الْعذاب
“Apabila mereka telah menjaga diri kemudian melakukan perzinaan maka mereka
mendapatkan hukuman setengah daripada hukuman orang yang merdeka.”
Ayat ini menjelaskan bahwa hukuman hamba sahaya perempuan yang berzina
setengah dari hukuman perempuan merdeka.
Para ulama meng-qias-kan hamba sahaya laki-laki yang berzina dengan hukuman
hamba sahaya perempuan yang berzina karena tidak ditemukan ayat ataupun hadis
yang menjelaskan hukuman bagi hamba sahaya laki-laki yang berzina.
Takhsis Hadis dengan Qiyas
ليّ الْواجد
يحلّ عِرضَه وعُقوبتَه
“Menunda pembayaran hutang bagi orang yang mampu, menghalalkan harga
dirinya dan berhak mendapatkan hukuman,”
Hadis ini mencakupi seluruh orang yang telah mampu, termasuk orang tua yang
berhutang pada anaknya.
Para ulama mentakhsiskan hadis ini dengan mengqiaskannya dengan keharaman
berkata kasar kepada orang tua yang terdapat pada ayat:
فلا تقُلْ لهُما
أُفٍّ ولا تَنْهَرْهُما وقُلْ لهُما قَولًا كريْمًا
“Maka janganlah kalian berkata (ah) kepada orang tua dan janganlah kamu membentak
mereka dan ucapkanlah kepada mereka dengan ucapan yang mulia.”
Sumber:
Matan al-Waraqat
Khulashah fi Ushul al-Fiqh
Posting Komentar