Jadilah orang pertama yang menerima update artikel terbaru dari kami!!!

Uraian Tentang Am dan Khas dalam Ilmu Ushul

Daftar Isi

Uraian Tentang Am dan Khas

Am dan khas memiliki peran tersendiri dalam memahami dalil ijmali, yang mana dalil ijmali merupakan salah satu pembahasan yang terdapat dalam ilmu Ushul.

Berikut penulis akan menjelaskan pengertian am dan khas dan beberapa hal yang berkaitan dengannya.

Mari simak penjelasannya.

Pengertian Am dan Dalalahnya

Am adalah kata yang mencakup segala sesuatu yang layak baginya tanpa adanya batasan.

Yakni, ‘am adalah kata yang mencakup segala sesuatu yang layak dengan satu kali ucapan, baik itu hakikat maupun majaz dan juga sesuatu yang dicakup oleh am itu tidak terbatas.

Lafaz am menunjukkan kepada seluruh jenis yang tercakup di dalamnya selama tidak ada dalil yang mengkhususkan, sehingga sebagian jenisnya tidak dicakupi dalam pemahaman lafaz am.

Hal ini akan dijelaskan nantinya pada pembahasan takhsis.

Lafaz Am

Adapun lafaz/kata yang menunjukkan kepada am terbagi 2, yaitu:

1.  Tanpa menggunakan qarinah (indikator)

2.  Menggunakan qarinah (indikator)

Tanpa Menggunakan Qarinah

Lafaz am dengan tanpa qarinah terdapat pada beberapa tempat, di antara:

1.   كل

2.   أيّ (istifham, syarthiyah atau maushul)

3.   الذي

4.   التي

5.   جميع

6.   مَنْ (istifham, syarthiyah atau maushul)

7.   مَا (istifham, syarthiyah atau maushul)

8.   متى

9.   أين

10. حيثما (syarthiyah)

Contohnya:

·  كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ

·  أَيُّكُمْ زَادَتْهُ هذه إيمانًا

·  أَيُّ رجل جاهد فله الْجنّة

·  والّذان يأْتِيانِهما منكم

·  أَكرم الّتي تتعلّم

·  جاء جميع الْعلماء

·  مَن يعمل سوءًا يُجزبه

·  وما تفعلوا مِنْ خَير يعلمه اللّه

·  متى هذا الوعد

·  أَيْنَمَا تكونوا يُدركْكم الْموت

·  حَيثُ مَاكنتم فوَلُّوْا وجوهكم شطره

Menggunakan Qarinah

Adapun lafaz am dengan menggunakan qarinah terbagi 2, yaitu:

1.  Itsbat (menetapkan)

2.  Nafi (meniadakan)

Lafaz am dengan menggunakan qarinah itsbat terdapat pada beberapa tempat, di antara:

1.  Jamak yang dima’rifahkan dengan alif lam

2.  Jamak yang dima’rifahkan dengan idhafah

3.  Mufrad yang dima’rifahkan dengan alif lam

4.  Mufrad yang dima’rifahkan dengan idhafah

Contohnya sebagai berikut:

·  قد أفلح الْمُؤْمِنُوْنَ

·  خُذْ مِن أموالِهم صدقة

·  إنّ الْإنسان لفِى خسرٍ

·  فَالْيحْذر الَّذِيْن يُخالفُون عن أمْرِهِ

Adapun lafaz am dengan menggunakan qarinah nafi terdapat pada beberapa tempat, di antara:

1.  Nakirah yang terdapat pada kalimat nafi

2.  Syarat

3.  Istifham

Contohnya sebagai berikut:

·  ذالك الْكتاب لا ريب فيه

·  وإنْ أحد من الْمشركين

·  هل تعلم له سميًّا

Kriteria Am

Adapun kriteria atau ukuran yang menjadi nilai dasar penetapan lafaz am adalah istitsna (pengecualian).

Yakni, kalimat yang bisa diberlakukan istitsna maka lafaz tersebut digolongkan kepada lafaz am. Begitu juga sebaliknya, kalimat yang tidak bisa diberlakukan istitsna maka lafaz tersebut tidak digolongkan kepada lafaz am.

Pengertian Khas dan Takhsis

Khas adalah kebalikan daripada am. Yakni, kata yang tidak mencakup bagi segala sesuatu yang layak baginya tanpa adanya batasan.

Sedangkan takhsis adalah mengeluarkan sebagian sesuatu yang dicakupi oleh lafaz am.

Contohnya seperti mengeluarkan orang kafir yang telah melakukan akad perjanjian dari  firman Allah SWT yang mengatakan:

فاقْتُلُوا المُشرِكِيْن

“Bunuhlah orang-oang musyrik.”

Pembagian Takhsis

Takhsis terbagi 2, yaitu:

1.  Muttasil

2.  Munfasil

Muttasil

Takhsis muttasil adalah takhsis yang tidak bisa dipisahkan dari kalimat am. Yakni, kalimat yang menjadi takhsis tidak berfaidah jika berdiri sendiri tanpa dikaitkan dengan kalimat am.

Seperti contoh:

إِلَّا زَيْدًا

“Kecuali si Zaid.”

Kalimat ini tentu tidak berfaidah jika tidak dikaitkan dengan kalimat am-nya. Sumpama:

جاء الْقَوْمُ إِلَّا زَيْدًا

Takhsis muttasil terdapat pada beberapa tempat, yaitu:

1.  Ististna

2.  Syarat

3.  sifat

Contohnya:

·  جاء الْقَوْمُ إِلَّا زَيْدًا

·  أَكْرم الْعلماء إنْ عملوا بعلمهم

·  أكرم العلماء العاملين

Ketentuan Istitsna

·  Mustatsna dan mustatsna minh merupakan ungkapan dari satu orang, kecuali firman Allah dengan sabda rasul

·  Mustatsna dan mustatsna minh tidak boleh berselang waktu yang lama

·  Mustatsna minh tersisa walaupun hanya satu

·  Mustastna merupakan bagian dari jenis mustastna minh

Munfasil

Takhsis munfasil merupakan kebalikan daripada takhsis muttasil.

Yakni, takhsis munfasil adalah takhsis yang berdiri sendiri dalam memberi faidah tanpa memerlukan kalimat am yang ditakhsiskan.

Takhsis munfasil terdapat pada beberapa tempat, yaitu:

1. Takhsis Al-Quran dengan Al-Quran

2. Takhsis Al-Quran dengan Hadis

3. Takhsis Hadis dengan Al-Quran

4. Takhsis Hadis dengan Hadis

5. Takhsis Al-Quran dengan Qiyas

6. Takhsis Hadis dengan Qiyas

Contohnya

Takhsis Al-Quran dengan Al-Quran

ولَا تنكحوا المُشرِكات

“Jangan kalian nikahi perempuan-perempuan musyrik.” Ayat ini mencakup semua orang-orang kafir.

Ditakhsiskan dengan ayat:

والْمُحْصَنات من الّذِيْنَ أُوتوا الْكتابَ مِنْ قَبْلِهِمْ

“Dan perempuan-perempuan yang menjaga kehormatan daripada orang yang diberi kitab sebelum kamu”. Yakni, dihalalkan bagi kamu.

Takhsis Al-Quran dengan Hadis

يُوصيْكُم اللّه فى أولَادكُم

“Allah mensyari’atkan bagimu tentang (pembagian harta pusaka) untuk anak-anakmu,” Ayat ini mencakupi seluruh anak, baik itu beragama islam atupun tidak.

Ditakhsiskan dengan hadis:

لايَرِثُ الْمسلمُ الكافرَ وَلا الكافرُ الْمسلمَ

“Orang islam tidak bisa mempusakai orang kafir dan orang kafir juga tidak bisa mempusakai orang islam.”

Takhsis Hadis dengan Al-Quran

لايقبل اللّه صلاة أحدكم إذا أحدث حتّى يتوضّأ

“Allah SWT tidak menerima shalat di antara kamu apabila ia berhadas hingga berwudhu.” Hadis ini mengharuskan berwudhu bagi seluruh mukallaf bila berhadas, baik yang sedang sakit, musafir ataupun tidak.

Ditakhsiskan dengan ayat:

وإنْ كنتم مَرضَى (الى قوله) فلم تجدُوْا ماءً فتيمّموْا

“Dan jika kamu sedang sakit, dalam perjalanan, datang dari tempat buang air atau bersentuhan dengan perempuan dan kamu tidak mendapatkan air maka bertayammumlah dengan tanah yang suci.”

Takhsis Hadis dengan Hadis

فيما سقت السَّماء الْعُشْر

“Hasil tanaman yang disiram dengan air hujan, wajib membayar zakat seper sepuluh.” Hadis ini mencakup seluruh tanaman, baik yang telah mencapai nishab atupun tidak.

Ditakhsiskan dengan hadis:

لَيْسَ فيْما دُونَ خَمْسة أَوْسُقٍ صدقة

“Hasil tanaman yang kurang dari 5 wasaq, tidak wajib di keluarkan zakat.”

Takhsis Al-Quran dengan Qiyas

الزّانِيَةُ والزّانيْ فَاجْلدُوا كُلَّ واحد منهما مِائة جلدة

“Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina maka jilid lah keduanya sebanyak seratus kali.”

Ayat ini mencakupi seluruh jenis manusia, baik itu orang merdeka atau pun hamba sahaya.

Ditakhsiskan dengan ayat:

فإذا أُحْصنَّ فإنْ أتين بِفاحشة فعليهِنَّ نصفُ مَاعلى الْمُحصنات مِن الْعذاب

“Apabila mereka telah menjaga diri kemudian melakukan perzinaan maka mereka mendapatkan hukuman setengah daripada hukuman orang yang merdeka.”

Ayat ini menjelaskan bahwa hukuman hamba sahaya perempuan yang berzina setengah dari hukuman perempuan merdeka.

Para ulama meng-qias-kan hamba sahaya laki-laki yang berzina dengan hukuman hamba sahaya perempuan yang berzina karena tidak ditemukan ayat ataupun hadis yang menjelaskan hukuman bagi hamba sahaya laki-laki yang berzina.

Takhsis Hadis dengan Qiyas

ليّ الْواجد يحلّ عِرضَه وعُقوبتَه

“Menunda pembayaran hutang bagi orang yang mampu, menghalalkan harga dirinya dan berhak mendapatkan hukuman,”

Hadis ini mencakupi seluruh orang yang telah mampu, termasuk orang tua yang berhutang pada anaknya.

Para ulama mentakhsiskan hadis ini dengan mengqiaskannya dengan keharaman berkata kasar kepada orang tua yang terdapat pada ayat:

فلا تقُلْ لهُما أُفٍّ ولا تَنْهَرْهُما وقُلْ لهُما قَولًا كريْمًا

“Maka janganlah kalian berkata (ah) kepada orang tua dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka dengan ucapan yang mulia.”

 


Sumber:

Matan al-Waraqat

Khulashah fi Ushul al-Fiqh

 

 

Posting Komentar