Penjelasan Lengkap Zhanna dan Saudaranya
Penjelasan Lengkap Zhanna dan Saudaranya
Zhanna merupakan salah satu amil yang masuk pada mubtada dan khabar atau
yang sering disebutkan dengan amil nawasikh.
Amil nawasikh terbagi 3, yaitu: merafa’kan mubtada dan menashabkan khabar, menashabkan
mubtada dan merafa’kan khabar dan menashabkan mubtada dan khabar.
Hal ini telah penulis jelaskan sebelumnya. Silahkan baca di sini Amil Nawasikh
Pada tulisan kali ini penulis akan menjelaskan secara rinci dan jelas
tentang apa saja persoalan yang menyangkut dengan Zhanna dan saudaranya, baik
itu makna yang terkandung di dalamnya ataupun faidah-faidah yang lain.
Pembagian Zhanna dan Saudaranya
Zhanna dan saudaranya terbagi kepada 2 bagian, yaitu:
1. Af’alul qulub (perbuatan hati)
2. Af’alut tashyir (perpindahan)
Perhatikan pejelasan berikut.
Af’alul qulub
Af’alul qulub memiliki beberapa bentuk kata, yaitu:
ظَنَّ - حَسِبَ
- خَالَ - رَأَى - عَلِمَ - زَعَمَ - جَعَلَ - حَجَا - عَدَّ - هَبْ - وَجَدَ -
أَلْفَى - دَرَى - تَعَلَّمَ
Adapun makna yang terkandung di dalam setiap amil tersebut adalah:
ظَنَّ:
Menduga, terkadang bermakna yakin
حَسِبَ:
Mengira, terkadang bermakna yakin
خَالَ:
Menduga, terkadang bermakna yakin
رَأَى:
Yakin, terkadang bermakna menduga
عَلِمَ:
Mengetahui dengan yakin
زَعَمَ: Menduga
جَعَلَ:
Meyakini (mengi’tikad)
حَجَا:
Menduga
عَدَّ:
Menganggap
هَبْ:
Menganggap
وَجَدَ:
Yakin
أَلْفَى:
Yakin
دَرَى:
Yakin
تَعَلَّمَ:
Ketahuilah
Berikut contohnya:
ظَنَّ: ظَنَنْتُ زَيْدًا قَائِمًا
حَسِبَ: حَسِبْتُ زَيْدًا عَالِمًا
خَالَ: خِلْتُ عَمْرًا
شَاخِصًا
رَأَى:
اِنَّهُمْ يَرَوْنَ بَعِيْدًا
عَلِمَ:
فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا اله إلّا اللّه
زَعَمَ:
زَعَمْتِنِيْ شَيْخًا
جَعَلَ:
جَعَلُوْا الْمَلَائِكَة
حَجَا: قَدْ
كُنْتُ أَحْجُوْ أَبَا عَمْرٍ
عَدَّ: فَلَا
تَعْدُد الْمَوْلَى شَرِيْكَكَ فِى الْمَعْنَى
هَبْ: هَبْنِيْ
امْرَأً هَالِكًا
وَجَدَ:
تَجِدْهُ عِنْدَ اللّه هُوَ خَيْرًا
أَلْفَى:
اِنَّهُمْ أَلْفَوْا آبَاءَهُمْ ضَالِّيْنَ
دَرَى: دَرَيْتُ
زَيْدًا قَائِمًا
تَعَلَّمَ:
تَعَلَّمِ شِفَاءَ النَّفْسِ
Muta’addi Hanya kepada Satu Maf’ul
Dari beberapa amil di atas, terdapat amil dengan makna yang tertentu
menjadikannya muta’addi hanya kepada satu maf’ul. Yakni, amil tersebut hanya
menashabkan satu maf’ul. Bentuk amilnya adalah:
· ظنّ
bermakna اتَّهَمَ
(menuduh)
· رأى
bermakna أَبْصَرَ
(melihat)
· علم
bermakna عَرَفَ
(mengenal)
Contohnya sebagai berikut:
ظَنَنْتُ زَيْدًا (saya menuduh si Zaid)
رَأَيْتُ زَيْدًا (saya melihat si Zaid)
عَلِمْتُ الْمَسْئَلَةَ (saya mengetahui persoalan itu)
Af’alut tashyir (perpindahan)
Af’alul tashyir adalah amil
yang menunjukkan perpindahan suatu keadaan kepada keadaan yang lain. ia memiliki
beberapa bentuk kata, yaitu:
جَعَلَ – رَدَّ –
اتَّخَذَ - صَيَّرَ – وَهَبَ
Adapun makna yang terkandung di dalam setiap amil tersebut adalah
manjadikan.
Berikut contohnya:
جَعَلَ:
فَجَعَلْنَاهُ هَبَاءً مَنْثُوْرًا
رَدَّ: لَوْ
يَرُدُّوْنَكُمْ بَعْدَ إِيْمَانِكُمْ كُفَّارًا
اتَّخَذَ:
وَاتَّخَذَ اللّه إِبْرَهِيْمَ خَلِيْلًا
صَيَّرَ:
صَيَّرْتُ الطِّيْنَ خَرَفًا
وَهَبَ: وَهَبَنِيَ
اللّه فِدَاءَكَ
Hukum Zhanna dan Saudaranya
Dalam bab ini terdapat 3 hukum, yaitu:
1. Beramal
(menashabkan dua maf’ul)
2. Ilgha (tidak beramal), baik secara lafazh maupun
makna
3. Ta’liq (tidak beramal secara lafazh)
Beramal (menashabkan dua maf’ul)
Ini merupakan pokok. Yakni berlaku untuk semua amil zhanna dan saudaranya.
Ilgha (tidak beramal)
Ilgha adalah
membatalkan atau meniadakan pengamalan, baik secara lafazh maupun makna. Hal
ini terjadi apabila posisi amil terletak dipertengahan antara mubtada dan
khabar dan juga bila amil berposisi pada akhir kalimat.
Contohnya.
زَيْدٌ ظَنَنْتُ
قَائِمٌ
زَيْدٌ قَائِمٌ ظَنَنْتُ
Meniadakan pengamalan di sini hukumnya tidak diwajibkan (boleh-boleh saja).
Namun meniadakan pengamalan ketika posisi amil diakhir kalimat itu lebih
baik daripada mengamalkannya dan apabila posisi amil berada di pertengahan,
mengamalkannya lebih baik daripada meniadakan pengamalan.
Ta’liq (tidak beramal secara lafazh)
Ta’liq adalah meniadakan pengamalan secara lafazh, tidak pada makna. Hal
ini terjadi karena terdapat kata yang memiliki shadr (permulaan) kalam. Kata-kata
tersebut ialah:
1. Lam ibtida (ل)
2. Ma (ما) nafiyah
3. La (لا) nafiyah
4. Hamzah (ء) istifham
5. In (إِنْ) nafiyah
6. Salah satu dari
maf’ulnya merupakan isim istifham
Contohnya.
ظَنَنْتُ لَزَيْدٌ
قَائِمٌ
لَقَدْ عَلِمْتُ
مَا هؤُلَاءِ يَنْطِقُوْنَ
عَلِمْتُ لَا
زَيْدٌ وَلَاعَمْرٌ
عَلِمْتُ
وَاللّهِ اِنْ زَيْدٌ قَائِمٌ
عَلِمْتُ أَزَيْدٌ
قَائِمٌ أَمْ عَمْرٌ
عَلِمْتُ
أَيُّهُمْ أَبُوْكَ
Jika terdapat salah satu dari kata di atas maka wajih diberlakukan ta’liq.
Keculai amil yang berbentuk هَبْ dan
تَعَلَّمْ karena keduanya bersifat lazim
(tetap).
Hukum Membuang Salah Satu Maf’ul
Dibolehkan membuang salah satu maf’ul jika terdapat dalil yang dapat
terpahami kepada maf’ulnya yang dibuang.
Contohnya seperti bila anda ditanyakan:
مَنْ ظَنَنْتَهُ
قَائِمًا
“Siapa
yang berdiri menurut dugaan anda?”Anda menjawab:
ظَنَنْتُ
زَيْدًا
“Saya
menduga dia adalah si Zaid.”
Pada jawaban tersebut anda tidak mencantumkan maf’ulnya yang kedua. Namun dapat
dipahami dari pertanyaan yang dipertanyakan kepada anda. Kalimat lengkap jawaban
anda seharusnya adalah:
ظَنَنْتُ
زَيْدًا قَائِمًا
Posting Komentar