Jadilah orang pertama yang menerima update artikel terbaru dari kami!!!

Pembahasan Lengkap Tentang Fa’il dan Naib Fa’il

Daftar Isi

Pembahasan Lengkap Tentang Fa’il dan Naib Fa’il

Susunan kata baik dalam bahasa arab ataupun bahasa lain, terdapat kata yang menjadi predikat dan juga objek. Dalam ilmu nahwu, kata yang menjadi predikat dinamakan dengan fa’il, sedangkan kata yang menjadi objek dinamakan maf’ul.

Ketika mempelajari ilmu nahwu, kita akan menemukan yang namanya naib fa’il. Apabila diperhatikan, naib fa’il ini adalah kata yang menjadi objek. Namun ilmu nahwu memberlakukannya dengan hukum predikat (fa’il) walaupun pada kejadian ia merupakan objek.

Untuk mengetahui lebih jauh tentang fa’il dan naib fa’il, mari kita perhatikan penjelasan berikut.

Fa’il

Dalam ilmu nahu fa’il adalah isim marfu’ yang didahului (disebutkan) fi’ilnya atau kata yang ditakwilkan kepada fi’il (isim yang beramal seperti amal fi’il).

Fa’il terbagi 2, yaitu:

1.   Zhahir, contohnya جَاءَ رَجُلٌ

2.   Mudhmar, contohnya ضَرَبْتُ

Untuk mengetahui penjelasan mudhmar/dhamir silahkan baca di sini Penjelasan Lengkap Tentang Isim Dhamir

Ketentuan Fa’il

·   Fa’il tidak boleh dibuang karena ia merupakan umdah (memiliki peran penting) dalam sebuah kalimat.

·   Tidak boleh mendahului fi’il. Jika diperdapatkan fa’il yang mendahului fi’ilnya maka wajib mentakdirkan fi’ilnya berbetuk dhamir mustatir dan kata tersebut dijadikan mubtada atau fa’il daripada fi’il yang dibuang.

·   Fi’il tetap berbentuk mufrad walaupun diiringi oleh fa’il yang berbentuk tastniyah dan jamak menurut yang lebih fashih.

·   Wajib meletakkan tanda muannas jika fa’ilnya berbentuk muannas. Namun dibolehkan untuk tidak meletakkannya pada ta`nis majazi dan juga jamak taksir.

·   Secara hukum dasar, fa’il disebutkan setelah fi’ilnya dan diiringi dengan maf’ul. Namun terkadang maf’ul disebutkan sebelum fa’il, adakala jawaz dan adakala wajib.

 Naib Fa’il

Naib fa’il adalah isim marfu’ yang tidak disebutkan fa’il bersamanya dan ia bertempat pada posisinya (posisi fa’il).

Naib fa’il terbagi 2, yaitu:

1.   Zhahir, contohnya نُصِرَ زَيْدٌ

2.   Mudhmar, contohnya ضُرِبْتُ

Ketentuan Naib Fa’il

·   Naib fa’il tidak boleh dibuang karena ia merupakan umdah (memiliki peran penting) dalam sebuah kalimat.

·   Tidak boleh mandahului fi’ilnya.

·   Wajib meletakkan tanda muannas pada fi’ilnya apabila ia berbentuk muannas.

·   Wajib untuk tidak meletakkan tanda tasniyah dan jamak walaupun ia berbentuk tasniyah atau jamak.

·   Jika fi’ilnya berbentuk madhi maka ketentuannya sebagai berikut:

  • Wajib didhammahkan huruf awal dan dikasrahkan huruf sebelum akhir jika madhinya terdiri dari tiga huruf dan tidak terdapat huruf illat.
  •  Apabila madhinya diawali oleh ta za`idah (tambahan) maka didhammahkan huruf awal dan huruf yang kedua.
  • Jika madhinya diawali oleh hamzah washal maka didhammahkan huruf awal dan huruf yang ketiga.
  • Apabila madhinya berbentuk mu’tal ain maka hukumnya terdapat 3 bahasa: 

    Pertama, dikasrahkan fa fi’ilnya, lalu huruf ain fi’il diganti dengan ya (ي). 

    Kedua, isymam (mencampurkan kasrah dengan sesuatu dari pada suara dhammah) kasrah kepada dhammah.

    Ketiga, didhammahkan fa fi’ilnya, lalu huruf ain fi’il diganti dengan waw (و).

·   Jika fi’ilnya berbentuk mudhari’ maka wajib didhammahkan huruf awal dan difatahkan huruf sebelum akhir.

 

 

Sumber: al-Kawakib al-Durriyah

Posting Komentar