Jadilah orang pertama yang menerima update artikel terbaru dari kami!!!

Mengenal Ilmu Tajwid, Tujuan dan Hukum Mempelajarinya

Daftar Isi

Mengenal Ilmu Tajwid, Tujuan dan Hukum Mempelajarinya

Siapa yang tidak mengenal Al-Alquran? kitab suci yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat jibril. Al-Alquran merupakan mukjizat yang paling besar dengan tingkat kesastraannya yang tinggi.

Di samping itu, ia juga menjadi sumber utama bagi para mujtahid untuk menjadikan dalil sebagai pijakan hukum. Tentunya yang istimewa dari Al-Quran ini adalah akan bernilai ibadah apabila dibaca meskipun tidak mengetahui maknanya.

Sebagaimana yang telah kita ketahui, beramal atau beribadah tanpa didasari dengan ilmu, ibadah yang dilakukan itu sia-sia dan tidak diberikan balasan atas apa yang telah dilakukan.

Nah, teman-teman, membaca Al-Quran juga harus didasari dengan ilmu. Sama halnya dengan ibadah-ibadah yang lain.

Lalu, ilmu apa yang dibutuhkan dalam membaca Al-Quran? Di sini lah letak perannya ilmu tajwid. Oleh karena itu, penulis akan meperkenalkan kepada teman-teman tentang apa itu tajwid, tujuan dan apa hukum mempelajarinya.

Definisi Ilmu Tajwid dan Tujuan Mempelajarinya

Untuk mengenal apa itu ilmu tajwid, kita harus memperhatikan apa definisi ilmu tajwid itu sendiri. Karena definisi akan memberikan gambaran kepada kita tentang persoalan apa saja yang akan dipelajari dan juga sejauh mana manfaat yang akan kita dapatkan.

Dalam kitab Hidayah al-Mustafid karya Syeikh Muhammad al-Mahmud, tajwid diartikan dengan:

التجويد لغة الإتيان بالجيّد واصطلاحا علم يعرف به إعطاء كل حرف حقه ومستحقه من الصفات والمدود وغير ذلك كالترقيق والتفخيم ونحوهما

Artinya: “Tajwid secara bahasa diartikan dengan mendatangkan kebaikan dan secara istilah tajwid adalah ilmu untuk mengenal sifat-sifat huruf, makhraj, mad dan lain-lain seperti tarqiq (dibaca tipis), tafkhim (dibaca tebal) dan semisalnya”.

Dengan definisi ini, sudah memberikan gambaran kepada kita bahwa ilmu tajwid mengajarkan tentang bagaimana cara menyebutkan huruf dengan benar, panjang pendeknya dan lain-lainnya.

Yakni, dengan ilmu ini kita akan mengetahui bagaimana cara membaca Al-Quran dengan baik dan benar. Hal ini sesuai dengan tujuan mempelajarinya, sebagaimana lanjutan pembahasan kitab Hidayah al-Mustafid.

غايته بلوغ النهاية فى إتقان لفظ القرآن على ماتلقي من الحضرة النبوية الأفصحية وقيل غايته صون اللسان عن الخطأ فى كتاب الله

Artinya: “tujuan mempelajarinya adalah pencapaian akhir dalam menguasai redaksi Al-Quran sesuai dengan aturan yang datang dari Nabi yang paling fasih. Dan pendapat lain mengatakan, tujuannya adalah menjaga lidah dari kesalahan dalam membaca Al-Quran”.

Ini sangat jelas memberikan pengertian kepada kita bahwa dengan mempelajari ilmu tajwid, kita akan bisa membaca Al-Quran dengan benar sehingga bacaan tersebut menjadi sebuah ibadah.

Hukum Mempelajari Ilmu Tajwid

Kemudian apa hukum mempelajari ilmu tajwid ini? Untuk mengetahuinya, mari kita perhatikan kembali penjelasan dari kitab Hidayah al-Mustafid.

التجويد لاخلاف فى أنه فرض كفاية والعمل به فرض عين على كل مسلم ومسلمة من المكلفين

Artinya: “tidak terjadi khilaf bahwa mempelajari ilmu tajwid adalah fardhu kifayah, sedangkan mengamalkannya merupakan fardhu ain bagi setiap muslim yang mukallaf, baik laki-laki maupun perempuan”.

Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa fardu kifayah adalah kewajiban yang dibebankan bagi setiap muslim, namun bisa terlepas apabila dilakukan oleh satu orang saja, seperti shalat jenazah dan semisalnya.

Sedangkan fardhu ain adalah kewajiban yang dibebankan bagi setiap muslim yang sifatnya perindividu. Yakni, kewajiban itu harus dilakukan oleh setiap orangnya seperti shalat lima waktu, puasa Ramadhan dan semisalnya.

Uraian di atas menjelaskan bahwa hukum mempelajari tajwid adalah fardhu kifayah. Artinya, apabila di sebuah daerah ada satu orang saja yang mempelajarinya, kewajiban dari daerah tersebut sudah terlepas.

Berbeda halnya dengan hukum mengamalkannya, yakni fardhu ain. Dapat kita pahami dari penetapan hukum ini bahwa apabila seseorang membaca Al-Quran tanpa didasari ilmu tajwid, hukumnya berdosa.

Di sinilah pentingnya ilmu yang dapat menentukan kualitas amalan seseorang bukan kuantitasnya. Maka orang yang berilmu itu sangat jauh perbedaannya dengan orang yang tidak berilmu.

Terlepas dari sah atau tidaknya amalan, orang yang tak berilmu bisa berdosa dengan amalannya, bukannya mendapat pahala, malah dosa yang menimpanya. Na’udzubillah min dzalik.....

Semoga kita selalu diberikan taufiq dan hidayah oleh Allah agar kita bisa menjadi hambanya yang beriman, hamba yang sejati, mendapatkan ridha darinya sehingga kita bisa mendapatkan kebahagiaan, baik di dunia maupun diakhirat.. Aamiin....

 

Sumber: Hidayah al-Mustafid

Posting Komentar