Jadilah orang pertama yang menerima update artikel terbaru dari kami!!!

Kumpulan Kaidah Fiqhiyyah: Kaidah Kubra, Aghlabiyah Dan Mukhtalaf

Daftar Isi
Dalam ilmu qawaid fiqhiyyah, segala kaidah fikih dikelompokkan dalam tiga bagian, yaitu kaidah kubra, kaidah aghlabiyah dan kaidah mukhtalaf. Simak penjelasan definisinya dan kaidah-kaidah yang dikandung di bawahnya.

Kaidah Kubra (Dasar)

Kaidah kubra atau kaidah pokok adalah kaidah-kaidah yang dikembalikan semua persoalan-persoalan fikih kepadanya. Kaidah kubra dinamakan juga dengan kaidah kulliyyah kubra.

Adapun jumlah kaidah kubra ada 5 yaitu:

الْأُمُوْرُ بِمَقَاصِدِهَا

“Segala sesuatu tergantung niatnya.”

الْيَقِيْنُ لَايُزَالُ بِالشَّكِّ

“Keyakinan tidak dapat dihilangkan oleh kebimbangan.”

الْمَشَقَّةُ تَجْلِبُ التَّيْسِيْرَ

“Kesulitan akan mendorong kemudahan”

الضَّرَرُ يُزَالُ

“Bahaya harus dihilangkan”

الْعَادَةُ مُحَكَّمَةٌ

“Adat dapat dijadikan pegangan hukum.”

Kaidah Aghlabiyah

Kaidah Aghlabiyah adalah kaidah yang mencakup semua persoalan fikih tetapi ada pengecualiaanya. Aghlabiyah sendiri maknanya adalah mayoritas.

Mayoritas permasalahan mencakup seluruhnya tetapi tidak menutup kemungkinan ada pengecualian dari kaidah tersebut. Berbeda dengan kaidah kubra di atas.

Kaidah Aghlabiyah juga termasuk kaidah kulliyah yang dapat keluar beragam persoalan- persoalan juziyyah darinya.

Jumlah kaidah-kaidah Kulliyah Aghlabiyah ada 40 kaidah yaitu:

الْإِجْتِهَادُ لَايُنْقَضُ بِالْإِجْتِهَادِ

“Ijtihad tidak bisa dihilangkan oleh ijtihad yang lain.”

إِذَا اجْتَمَعَ الْحَلَالُ وَالْحَرَامُ غُلِّبَ الْحَرَامُ

“Apabila halal dan haram berkumpul maka haram yang diunggulkan.”

الْإِيْثَارُ بِالْقُرَبِ مَكْرُوْهٌ

“Mendahului orang lain dalam beribadah hukumnya makruh.”

التَّابِعُ تَابِعٌ

“Pengikut harus mengikuti.”

تَصَرُّفُ الْإِماَمِ مَنُوْطٌ بِالْمَصْلَحَةِ

“Kebijakan seorang pemimpin harus berdasarkan kemaslahatan rakyat.”

الْحُدُوْدُ تَسْقُطُ بِالشُّبُهَاتِ

“Hukuman hilang disebabkan ketidak jelasan.”

الْحُرُّ لاَيَدْخُلُ تَحْتَ الْيَدِ

“Kebebasan orang merdeka tidak berada di bawah kekuasaan orang lain.”

الْحَرِيْمُ لَهُ حُكْمُ مَا هُوَ حَرِيْمٌ لَهُ

“Garis pembatas memiliki hukum seperti sesuatu yang dibatasi.”

إِذَا اجْتَمَعَ أَمْرَانِ مِنْ جِنْسٍ وَاحِدٍ وَلَمْ يَخْتَلِفْ مَقْصُوْدُهُمَا دَخَلَ أَحَدُهُمَا فِى الْآخَرِ

“Ketika dua perkara sejenis berkumpul dan tujuannya sama maka salah satu masuk pada yang lain.”

إِعْمَالُ الْكَلَامِ أَوْلَى مِنْ إِهْمَالِهِ

“Memberlakukan perkataan sesuai tuntunan makna lebih diprioritaskan daripasa mendisfungsikannya.”

الْخَرَاجُ بِالْضَّمَانِ

“Hasil (manfa’at) itu diimbangi dengan tanggungan.”

الْخُرُوْجُ مِنَ الْخِلَافِ مُسْتَحَبٌّ

“Menghindari perbedaan pendapat itu disunnahkan.”

الدَّفْعُ أَقْوَى مِنَ الرَّفْعِ

“Menolak lebih kuat daripada menghilangkan.”

الرُّخَصُ لَاتُنَاطَ بِالْمَعَاصِى

“Keringanan hukum tidak digantungkan pada kemaksiatan.”

الرُّخَصُ لَاتُنَاطُ بِالشَّكِّ

“Keringanan hukum tidak didasarkan pada keraguan.”

الرِّضَا بِالشَّيْئِ رِضًا بِمَايَتَوَلَّدُ مِنْهُ

“Kerelaan pada sesuatu menunjukkan kerelaan terhadap konsekuensi yang ditimbulkan.”

السُّؤَالُ مُعَادٌ فِى الْجَوَابِ

“Pertanyaan terulangi kembali pada jawaban.”

لَايُنْسَبُ عَلَى سَاكِتٍ قَوْلٌ

“Orang yang diam tidak dianggap mengucapkan apapun.”

مَاكَانَ أَكْثَرَ فِعْلًا كَانَ أَكْثَرَ فَضْلًا

“Sesuatu yang lebih banyak aktivitasnya lebih banyak pula pahalanya.”

الْمُتَعَدِّي أَفْضَلُ مِنَ الْقَاصِرِ

“Amalan yang memiliki manfaat umum lebih utama daripada yang terbatas manfaat.”

الْفَرْضُ أَفْضَلُ مِنَ النَّفْلِ

“Amalan wajib lebih utama daripada sunnah.”

الْفَضِيْلَةُ الْمُتَعَلِّقَةُ بِذاَتِ العِبَادَةِ أَوْلَى مِنَ الْمُتَعَلِّقَةِ بِمَكَانِهَا

“Keutamaan yang muncul dari diri ibadah lebih utama daripada keutamaan yang muncul dari tempat pelakasanaannya.”

الْوَاجِبُ لَايُتْرَكُ إِلَّا لِوَاجِبٍ

“Kewajiban tidak boleh ditinggalkan kecuali karena kewajiban yang lain.”

مَاأوْجَبَ أَعْظَمَ الْأَمْرَيْنِ بِخُصُوْصِهِ لَايُوْجِبُ أَهْوَنَهُمَا بِعُمُوْمِهِ

“Sesuatu dengan karakter khususnya mewajibkan perkara yang lebih tinggi diantara dua perkara, secara otomatis tidak mewajibkan yang lebih rendah jika dilihat dari karakter umumnya.”

مَاثَبَتَ بِالشَّرْعِ مَقَدَّمٌ عَلَى مَاثَبَتَ بِالشَّرْطِ

“Ketentuan yang berdasarkan syariat lebih didahulukan daripada ketentuan yang berdasarkan syarat.”

مَاحَرُمَ اسْتِعْمَالُهُ حَرُمَ اتِّخَاذُهُ

“Segala sesuatu yang haram digunakan juga haram disimpan.”

مَاحَرُمَ أَخْذُهُ حَرُمَ إِعْطَاؤُهُ

“Sesuatu yang haram diterima, diharamkan pula untuk diberikan.”

الْمَشْغُوْلُ لَايُشْغَلُ

“Objek aktivitas tertentu tidak boleh dijadikan objek aktivitas lain.”

الْمُكَبَّرُ لَايُكَبَّرُ

“Sesuatu yang telah dibesarkan, tidak dapat dibesarkan lagi.”

مَنِ اسْتَعْجَلَ شَيْئًا قَبْلَ أَوَانِهِ عُوْقِبَ بِحِرْمَانِهِ

“Barangsiapa tergesa-gesa menggapai sesuatu yang belum saatnya maka ia akan terhalang untuk memperolehnya.”

النَّفْلُ أوْسَعُ مِنَ الْفَرْضِ

“Sunah lebih luas cakupannya daripada fardhu.”

الْوِلَايَةُ الْخَاصَّةُ أَقْوَى مِنَ الْوِلَايَةِ الْعَامَّةِ

“Kekuasaan yang khusus lebih kuat daripada kekuasaan yang umum.”

لَاعِبْرَةَ بِالظَّنِّ الْبَيِّنِ خَطَؤُهُ

“Tidak ada pembenaran bagi dugaan yang terbukti keliru.”

الَإِشْتِغَالُ بِغَيْرِ الْمَقْصُوْدِ إِعْرَاضٌ عَنِ الْمَقْصُوْدِ

“Melakukan aktivitas selain yang dituju menunjukkan berpaling darinya.”

لَايُنْكَرُ الْمُخْتَلَفُ فِيْهِ وَإِنَّمَايُنْكَرُ الْمُجْمَعُ عَلَيْهِ

“Sesuatu yang diperselisihkan tidak dapat diingkari. Sesungguhnya yang wajib diingkari adalah sesuatu yang telah disepakati.”

يَدْخُلُ الْقَوِيُّ عَلَى الضَّعِيْفِ وَلَاعَكْسَ

“Sesuatu yang kuat bisa masuk pada yang lemah namun tidak sebaliknya.”

يُغْتَفَرُ فِى الْوَسَائِلِ مَالَايُغْتَفَرُ فِى الْمَقَاصِدِ

“Sesuatu yang ditolerir saat menjadi perantara namun tidak pada saat menjadi tujuan.”

الْمَيْسُوْرُ لَايَسْقُطُ بِالْمَعْسُوْرِ

“Kemampuan mengerjakan yang ringan tidak gugur disebabkan adanya kesulitan.”

مَالَايَقْبَلُ التَّبْعِيْضَ فَاخْتِيَارُ بَعْضِهِ كَاخْتِيَارِ كُلِّهِ وَإِسْقَاطُ كُلِّهِ كَإِسْقَاطِ كُلِّهِ

“Sesuatu yang tidak bisa dibagi maka memilih sebagian menunjukkan kepada memilih keseluruhannya dan menggugurkan keseluruhannya menunjukkan kepada meniadakan keseluruhan.”

إِذَا اجْتَمَعَ السَّبَبُ أَوِ الْغُرُوْرُ والْمُبَاشَرَةُ قُدِّمَتِ الْمُبَاشَرَةُ

“Apabila sebab atau tipuan berkumpul dengan pelaksanaan maka yang dinilai adalah pelaksanaan.”

Kaidah Mukhtalaf

Kaidah mukhtalaf adalah kaidah-kaidah yang berbentuk pertanyaan pada satu tema tertentu dengan dua jawaban atau lebih.

Kaidah ini termasuk kaidah yang unik karena setiap permasalahan yang seharusnya memiliki jawaban yang pasti justru di sana ditemukan jawaban yang beragam.

Maka dalam mengaplikasikan kadiah mukhtalaf ini, para fuqaha’ harus melihat status dari kaidah tersebut sebab dalam praktiknya harus dikembalikan kepada pendapat yang kuat dari ikhtilafnya ulama fikih.

Adapun jumlah kaidah mukhtalaf ini ada 20 yaitu:

الْجُمُعَةُ ظُهْرٌ مَقْصُوْرَةٌ أَوْ صَلَاةٌ عَلَى حِيَالِهَا قَوْلَانِ

“Shalat jum’at itu apakah shalat zhuhur yang ringkas atau shalat yang berdiri sendiri? Terdapat dua pendapat.”

الصَّلَاةُ خَلْفَ الْمُحْدِثِ الْمَجْهُوْلِ الْحَالِ هَلْ صَلَاةٌ جَمَاعَةٌ أَوْ انْفِرَادٌ وَجْهَانِ

“Shalat dibelakang imam berhadas yang tidak diketahui keadaannya itu apakah termasuk shalat berjamaah atau sendirian? Terdapat dua pendapat.”

مَنْ أَتَى بِمَايُنَافِى الْفَرْضَ دُوْنَ النَّفْلِ فِى أوَّلِ فَرْضِهِ أَوْ أَثْنَائِهِ بَطَلَ فَرْضُهُ وَهَلْ تَبْقَى صَلَاتُهُ نَفْلًا أَوْ تَبْطُلُ فِيْهِ قَوْلَانِ

“Seseorang yang melakukan sesuatu yang bisa merusak fardhu pada permulaan atau pertengahan pelaksanaannya namun tidak melakukan sesuatu yang merusak kesunnahannya maka shalat fardhunya batal. Apakah shalatnya bernilai sunah atau tidak bernilai sama sekali? Terdapat dua pendapat.”

النَّذْرُ هَلْ يَسْلُكُ بِهِ مَسْلَكَ الْوَاجِبِ أَوِ الْجَائِزِ قَوْلَانِ

“Apakah pelaksanaan nazar itu dijalankan seperti halnya yang wajib atau ja`iz? ada dua pendapat.”

هَلْ الْعِبْرَةُ بِصِيَغِ الْعُقُوْدِ أي بِأَلْفَاظِهَا أَوْ بِمَعَانِيْهَا

“Apakah yang menjadi pegangan utama dalam akad itu lafaznya atau maknanya? Terjadi perbedaan pendapat.”

الْعَيْنُ الْمُسْتَعَارَةُ لِلرَّهْنِ هَلْ الْمُغْلَبُ فِيْهَا جَانِبُ الضَّمَانِ أَوْ جَانِبُ الْعَارِيَةِ قَوْلَانِ

“Barang pinjaman yang digadaikan itu apakah lebih unggul hukum jaminan (dhaman) atau pinjaman (‘ariyah)? Ada dua pendapat.”

الْحِوَالَةُ هَلْ هِيَ بَيْعٌ أَوْ اسْتِيْفَاءٌ خِلَافٌ

“Apakah status hiwalah (pengalihan tanggung jawab pembayaran hutang) itu transaksi jual beli atau memenuhi hak orang lain? Terjadi perbedaan pendapat.”

الْإِبْرَاءُ هَلْ هِوَ إِسْقَاطٌ أَوْ تَمْلِيْكٌ قَوْلَانِ

“Pembebasan hutang (ibra`) apakah pengguguran atau pemberian milik? Terdapat dua pendapat.”

الْإِقَالَةُ هَلْ هِيَ فَسْخٌ أَوْ بَيْعٌ قَوْلَانِ

“Apakah iqalah (pembatalan transaksi secara sukarela) termasuk pembatalan atau jual beli? Ada dua pendapat.”

الصَّدَاقُ الْمُعَيَّنُ فِى يَدِ الزَّوْجِ قَبْلَ الْقَبْضِ مَضْمُوْنٌ ضَمَانَ عِقْدٍ أَوْ ضَمَانَ يَدٍ قَوْلَانِ

“Mahar tertentu dalam akad sebelum diterima oleh istri apakah dijamin oleh suami berdasarkan akad atau dijamin sebagai barang yang diambil dari tangan istri? Terdapat dua pendapat.”

الطَّلَاقُ الرَّجْعِيُّ هَلْ يَقْطَعُ النِّكَاحَ أَوْ لَا قَوْلَانِ

“Apakah talak raj’i dapat memutuskan ikatan pernikahan atau tidak? Ada dua pendapat.”

الظِّهَارُ هَلْ الْمُغْلَبُ فِيْهِ مُشَابَهَةُ الطَّلَاقِ أَوْ مُشَابَهَةُ الْيَمِيْنِ فِيْهِ خِلَافٌ

“Apakah zihar lebih menyerupai talak atau sumpah? Terjadi perbedaan pendapat.

فَرْضُ الْكِفَايَةُ هَلْ يَتَعَيَّنُ بِالشُّرُوْعِ أَمْ لَا فِيْهِ خِلَافٌ

“Apakah fardhu kifayah berubah menjadi fardhu ain ketika telah dikerjakan atau tidak? Terjadi perbedaan pendapat.

الزَّائِلُ الْعَائِدُ هَلْ هُوَ كَالَّذِيْ لَمْ يَزَلْ أَوْ كَالَّذِيْ لَمْ يَعُدْ فِيْهِ خِلَافٌ

“Sesuatu yang hilang kemudian kembali itu seperti sesuatu yang tidak hilang atau tidak kembali? Terjadi perbedaan pendapat.

الْعِبْرَةُ بِالْحَالِ أَوْ بِالْمَآلِ فِيْهِ خِلَافٌ

“Hal yang dijadikan tolak ukur peristiwa, apakah waktu yang sedang berlangsung atau waktu yang akan datang? Terjadi perbedaan pendapat.

إِذَا بَطَلَ الْخُصُوْصُ هَلْ يَبْقَى الْعُمُوْمُ فِيْهِ خِلَافٌ

“Apabila sifat khusus dihukumkan batal, apakah karakter umumnya masih berlaku? Terjadi perbedaan pendapat.

الْحَمْلُ هَلْ يُعْطَى حُكْمُ الْمُعْلُوْمِ أَوْ الْمَجْهُوْلِ فِيْهِ خِلَافٌ

“Apakah janin digolongkan kepada sesuatu yang diketahui atau tidak? Terjadi perbedaan pendapat.

النَّادِرُ هَلْ يُلْحِقُ بِجِنْسِهِ أَوْ بِنَفْسِهِ فِيْهِ خِلَافٌ

“Sesuatu yang jarang terjadi itu dihukumi sesuai dengan jenisnya atau memiliki hukum tersendiri? Terjadi perbedaan pendapat.

الْقَادِرُ عَلَى الْيَقِيْنِ هَلْ لَهُ الْإِجْتِهَادُ وَالْأَخْذُ بِالظَّنِّ فِيْهِ خِلَافٌ

“Apakah orang yang mampu meraih keyakinan diperkenankan berijtihad dan berpegang dengan dugaan yang kuat? Terjadi perbedaan pendapat.

الْمَانِعُ الطَّارِئُ هَلْ هُوَ كَالْمُقَارِنِ فِيْهِ خِلَافٌ

“Apakah penghalang yang baru dianggap sesuatu yang menyertai? Terjadi perbedaan pendapat.

Demikianlah seluruh kaidah-kaidah yang terdapat dalam qawaid fiqhiyyah.

 

Sumber:

Asybah wa al-Nazhair

Idhah al-Qawaid

 

2 komentar

Comment Author Avatar
1 Juli 2023 pukul 06.50 Hapus
Postingan nya sangat bagus dan menarik, tapi bagus nya kedepan dicantumkan juga contoh dari kaidah aghalabiyah agar kami lebih paham🙏🙏
Comment Author Avatar
4 Juli 2023 pukul 19.04 Hapus
Terima kasih atas saran dan masukannya..
insyaallah ke depan, pengertian dari masing-masing kaidah aghlabiyah, contoh, pengecualian serta sumbernya akan ditulis dalam postingan khusus...