Kumpulan Kaidah Fiqhiyyah: Kaidah Kubra, Aghlabiyah Dan Mukhtalaf
Kaidah Kubra (Dasar)
Kaidah kubra
atau kaidah pokok adalah kaidah-kaidah yang dikembalikan semua
persoalan-persoalan fikih kepadanya. Kaidah kubra dinamakan juga dengan kaidah
kulliyyah kubra.
Adapun jumlah kaidah kubra ada 5 yaitu:
الْأُمُوْرُ بِمَقَاصِدِهَا
“Segala sesuatu tergantung niatnya.”
الْيَقِيْنُ لَايُزَالُ بِالشَّكِّ
“Keyakinan tidak dapat dihilangkan oleh kebimbangan.”
الْمَشَقَّةُ تَجْلِبُ التَّيْسِيْرَ
“Kesulitan akan mendorong kemudahan”
الضَّرَرُ يُزَالُ
“Bahaya harus dihilangkan”
الْعَادَةُ مُحَكَّمَةٌ
“Adat dapat dijadikan pegangan hukum.”
Kaidah Aghlabiyah
Kaidah Aghlabiyah adalah kaidah yang mencakup semua persoalan
fikih tetapi ada pengecualiaanya. Aghlabiyah sendiri maknanya adalah mayoritas.
Mayoritas permasalahan mencakup seluruhnya tetapi tidak
menutup kemungkinan ada pengecualian dari kaidah tersebut. Berbeda dengan kaidah
kubra di atas.
Kaidah Aghlabiyah juga termasuk kaidah kulliyah yang dapat
keluar beragam persoalan- persoalan juziyyah darinya.
Jumlah kaidah-kaidah Kulliyah Aghlabiyah ada 40
kaidah yaitu:
الْإِجْتِهَادُ لَايُنْقَضُ بِالْإِجْتِهَادِ
“Ijtihad tidak bisa dihilangkan oleh ijtihad yang lain.”
إِذَا اجْتَمَعَ الْحَلَالُ وَالْحَرَامُ غُلِّبَ الْحَرَامُ
“Apabila halal dan haram berkumpul maka haram yang
diunggulkan.”
الْإِيْثَارُ بِالْقُرَبِ مَكْرُوْهٌ
“Mendahului orang lain dalam beribadah hukumnya makruh.”
التَّابِعُ تَابِعٌ
“Pengikut harus mengikuti.”
تَصَرُّفُ الْإِماَمِ مَنُوْطٌ بِالْمَصْلَحَةِ
“Kebijakan seorang pemimpin harus berdasarkan
kemaslahatan rakyat.”
الْحُدُوْدُ تَسْقُطُ بِالشُّبُهَاتِ
“Hukuman hilang disebabkan ketidak jelasan.”
الْحُرُّ لاَيَدْخُلُ تَحْتَ الْيَدِ
“Kebebasan orang merdeka tidak berada di bawah kekuasaan
orang lain.”
الْحَرِيْمُ لَهُ حُكْمُ مَا هُوَ حَرِيْمٌ لَهُ
“Garis pembatas memiliki hukum seperti sesuatu yang
dibatasi.”
إِذَا اجْتَمَعَ أَمْرَانِ مِنْ جِنْسٍ وَاحِدٍ وَلَمْ يَخْتَلِفْ
مَقْصُوْدُهُمَا دَخَلَ أَحَدُهُمَا فِى الْآخَرِ
“Ketika dua perkara sejenis berkumpul dan tujuannya sama
maka salah satu masuk pada yang lain.”
إِعْمَالُ الْكَلَامِ أَوْلَى مِنْ إِهْمَالِهِ
“Memberlakukan perkataan sesuai tuntunan makna lebih
diprioritaskan daripasa mendisfungsikannya.”
الْخَرَاجُ بِالْضَّمَانِ
“Hasil (manfa’at) itu diimbangi dengan tanggungan.”
الْخُرُوْجُ مِنَ الْخِلَافِ مُسْتَحَبٌّ
“Menghindari perbedaan pendapat itu disunnahkan.”
الدَّفْعُ أَقْوَى مِنَ الرَّفْعِ
“Menolak lebih kuat daripada menghilangkan.”
الرُّخَصُ لَاتُنَاطَ بِالْمَعَاصِى
“Keringanan hukum tidak digantungkan pada kemaksiatan.”
الرُّخَصُ لَاتُنَاطُ بِالشَّكِّ
“Keringanan hukum tidak didasarkan pada keraguan.”
الرِّضَا بِالشَّيْئِ رِضًا بِمَايَتَوَلَّدُ مِنْهُ
“Kerelaan pada sesuatu menunjukkan kerelaan terhadap
konsekuensi yang ditimbulkan.”
السُّؤَالُ مُعَادٌ فِى الْجَوَابِ
“Pertanyaan terulangi kembali pada jawaban.”
لَايُنْسَبُ عَلَى سَاكِتٍ قَوْلٌ
“Orang yang diam tidak dianggap mengucapkan
apapun.”
مَاكَانَ أَكْثَرَ فِعْلًا كَانَ أَكْثَرَ فَضْلًا
“Sesuatu yang lebih banyak aktivitasnya lebih
banyak pula pahalanya.”
الْمُتَعَدِّي أَفْضَلُ مِنَ الْقَاصِرِ
“Amalan yang memiliki manfaat umum lebih utama
daripada yang terbatas manfaat.”
الْفَرْضُ أَفْضَلُ مِنَ النَّفْلِ
“Amalan wajib lebih utama daripada sunnah.”
الْفَضِيْلَةُ الْمُتَعَلِّقَةُ بِذاَتِ العِبَادَةِ أَوْلَى مِنَ
الْمُتَعَلِّقَةِ بِمَكَانِهَا
“Keutamaan yang muncul dari diri ibadah lebih
utama daripada keutamaan yang muncul dari tempat pelakasanaannya.”
الْوَاجِبُ لَايُتْرَكُ إِلَّا لِوَاجِبٍ
“Kewajiban tidak boleh ditinggalkan kecuali
karena kewajiban yang lain.”
مَاأوْجَبَ أَعْظَمَ الْأَمْرَيْنِ بِخُصُوْصِهِ لَايُوْجِبُ أَهْوَنَهُمَا
بِعُمُوْمِهِ
“Sesuatu dengan karakter khususnya mewajibkan
perkara yang lebih tinggi diantara dua perkara, secara otomatis tidak
mewajibkan yang lebih rendah jika dilihat dari karakter umumnya.”
مَاثَبَتَ بِالشَّرْعِ مَقَدَّمٌ عَلَى مَاثَبَتَ بِالشَّرْطِ
“Ketentuan yang berdasarkan syariat lebih
didahulukan daripada ketentuan yang berdasarkan syarat.”
مَاحَرُمَ اسْتِعْمَالُهُ حَرُمَ اتِّخَاذُهُ
“Segala sesuatu yang haram digunakan juga
haram disimpan.”
مَاحَرُمَ أَخْذُهُ حَرُمَ إِعْطَاؤُهُ
“Sesuatu yang haram diterima, diharamkan pula
untuk diberikan.”
الْمَشْغُوْلُ لَايُشْغَلُ
“Objek aktivitas tertentu tidak boleh
dijadikan objek aktivitas lain.”
الْمُكَبَّرُ لَايُكَبَّرُ
“Sesuatu yang telah dibesarkan, tidak dapat
dibesarkan lagi.”
مَنِ اسْتَعْجَلَ شَيْئًا قَبْلَ أَوَانِهِ عُوْقِبَ بِحِرْمَانِهِ
“Barangsiapa tergesa-gesa menggapai sesuatu
yang belum saatnya maka ia akan terhalang untuk memperolehnya.”
النَّفْلُ أوْسَعُ مِنَ الْفَرْضِ
“Sunah lebih luas cakupannya daripada fardhu.”
الْوِلَايَةُ الْخَاصَّةُ أَقْوَى مِنَ الْوِلَايَةِ الْعَامَّةِ
“Kekuasaan yang khusus lebih kuat daripada
kekuasaan yang umum.”
لَاعِبْرَةَ بِالظَّنِّ الْبَيِّنِ خَطَؤُهُ
“Tidak ada pembenaran bagi dugaan yang
terbukti keliru.”
الَإِشْتِغَالُ بِغَيْرِ الْمَقْصُوْدِ إِعْرَاضٌ عَنِ الْمَقْصُوْدِ
“Melakukan aktivitas selain yang dituju
menunjukkan berpaling darinya.”
لَايُنْكَرُ الْمُخْتَلَفُ فِيْهِ وَإِنَّمَايُنْكَرُ الْمُجْمَعُ عَلَيْهِ
“Sesuatu yang diperselisihkan tidak dapat
diingkari. Sesungguhnya yang wajib diingkari adalah sesuatu yang telah
disepakati.”
يَدْخُلُ الْقَوِيُّ عَلَى الضَّعِيْفِ وَلَاعَكْسَ
“Sesuatu yang kuat bisa masuk pada yang lemah
namun tidak sebaliknya.”
يُغْتَفَرُ فِى الْوَسَائِلِ مَالَايُغْتَفَرُ فِى الْمَقَاصِدِ
“Sesuatu yang ditolerir saat menjadi perantara
namun tidak pada saat menjadi tujuan.”
الْمَيْسُوْرُ لَايَسْقُطُ بِالْمَعْسُوْرِ
“Kemampuan mengerjakan yang ringan tidak gugur
disebabkan adanya kesulitan.”
مَالَايَقْبَلُ التَّبْعِيْضَ فَاخْتِيَارُ بَعْضِهِ كَاخْتِيَارِ كُلِّهِ
وَإِسْقَاطُ كُلِّهِ كَإِسْقَاطِ كُلِّهِ
“Sesuatu yang tidak bisa dibagi maka memilih
sebagian menunjukkan kepada memilih keseluruhannya dan menggugurkan keseluruhannya
menunjukkan kepada meniadakan keseluruhan.”
إِذَا اجْتَمَعَ السَّبَبُ أَوِ الْغُرُوْرُ والْمُبَاشَرَةُ قُدِّمَتِ
الْمُبَاشَرَةُ
“Apabila sebab atau tipuan berkumpul dengan pelaksanaan maka yang dinilai adalah pelaksanaan.”
Kaidah Mukhtalaf
Kaidah mukhtalaf adalah kaidah-kaidah yang
berbentuk pertanyaan pada satu tema tertentu dengan dua jawaban atau lebih.
Kaidah ini termasuk kaidah yang unik karena setiap
permasalahan yang seharusnya memiliki jawaban yang pasti justru di sana
ditemukan jawaban yang beragam.
Maka dalam mengaplikasikan kadiah mukhtalaf
ini, para fuqaha’ harus melihat status dari kaidah tersebut sebab dalam
praktiknya harus dikembalikan kepada pendapat yang kuat dari ikhtilafnya ulama
fikih.
Adapun jumlah kaidah mukhtalaf ini ada 20
yaitu:
الْجُمُعَةُ ظُهْرٌ مَقْصُوْرَةٌ أَوْ صَلَاةٌ عَلَى حِيَالِهَا قَوْلَانِ
“Shalat jum’at itu apakah shalat zhuhur yang
ringkas atau shalat yang berdiri sendiri? Terdapat dua pendapat.”
الصَّلَاةُ خَلْفَ الْمُحْدِثِ الْمَجْهُوْلِ الْحَالِ هَلْ صَلَاةٌ جَمَاعَةٌ
أَوْ انْفِرَادٌ وَجْهَانِ
“Shalat dibelakang imam berhadas yang tidak
diketahui keadaannya itu apakah termasuk shalat berjamaah atau sendirian?
Terdapat dua pendapat.”
مَنْ أَتَى بِمَايُنَافِى الْفَرْضَ دُوْنَ النَّفْلِ فِى أوَّلِ فَرْضِهِ
أَوْ أَثْنَائِهِ بَطَلَ فَرْضُهُ وَهَلْ تَبْقَى صَلَاتُهُ نَفْلًا أَوْ تَبْطُلُ
فِيْهِ قَوْلَانِ
“Seseorang yang melakukan sesuatu
yang bisa merusak fardhu pada permulaan atau pertengahan pelaksanaannya namun
tidak melakukan sesuatu yang merusak kesunnahannya maka shalat fardhunya batal.
Apakah shalatnya bernilai sunah atau tidak bernilai sama sekali? Terdapat dua
pendapat.”
النَّذْرُ هَلْ يَسْلُكُ بِهِ مَسْلَكَ الْوَاجِبِ أَوِ الْجَائِزِ قَوْلَانِ
“Apakah pelaksanaan nazar itu dijalankan
seperti halnya yang wajib atau ja`iz? ada dua pendapat.”
هَلْ الْعِبْرَةُ بِصِيَغِ الْعُقُوْدِ أي بِأَلْفَاظِهَا أَوْ بِمَعَانِيْهَا
“Apakah yang menjadi pegangan utama dalam akad
itu lafaznya atau maknanya? Terjadi perbedaan pendapat.”
الْعَيْنُ الْمُسْتَعَارَةُ لِلرَّهْنِ هَلْ الْمُغْلَبُ فِيْهَا جَانِبُ
الضَّمَانِ أَوْ جَانِبُ الْعَارِيَةِ قَوْلَانِ
“Barang pinjaman yang digadaikan itu apakah
lebih unggul hukum jaminan (dhaman) atau pinjaman (‘ariyah)? Ada
dua pendapat.”
الْحِوَالَةُ هَلْ هِيَ بَيْعٌ أَوْ اسْتِيْفَاءٌ خِلَافٌ
“Apakah status hiwalah
(pengalihan tanggung jawab pembayaran hutang) itu transaksi jual beli atau
memenuhi hak orang lain? Terjadi perbedaan pendapat.”
الْإِبْرَاءُ هَلْ هِوَ إِسْقَاطٌ أَوْ تَمْلِيْكٌ قَوْلَانِ
“Pembebasan hutang (ibra`) apakah
pengguguran atau pemberian milik? Terdapat dua pendapat.”
الْإِقَالَةُ هَلْ هِيَ فَسْخٌ أَوْ بَيْعٌ قَوْلَانِ
“Apakah iqalah (pembatalan transaksi
secara sukarela) termasuk pembatalan atau jual beli? Ada dua pendapat.”
الصَّدَاقُ الْمُعَيَّنُ فِى يَدِ الزَّوْجِ قَبْلَ الْقَبْضِ
مَضْمُوْنٌ ضَمَانَ عِقْدٍ أَوْ ضَمَانَ يَدٍ قَوْلَانِ
“Mahar tertentu dalam
akad sebelum diterima oleh istri apakah dijamin oleh suami berdasarkan akad
atau dijamin sebagai barang yang diambil dari tangan istri? Terdapat dua pendapat.”
الطَّلَاقُ الرَّجْعِيُّ هَلْ يَقْطَعُ النِّكَاحَ
أَوْ لَا قَوْلَانِ
“Apakah talak raj’i
dapat memutuskan ikatan pernikahan atau tidak? Ada dua pendapat.”
الظِّهَارُ هَلْ الْمُغْلَبُ فِيْهِ مُشَابَهَةُ الطَّلَاقِ
أَوْ مُشَابَهَةُ الْيَمِيْنِ فِيْهِ خِلَافٌ
“Apakah zihar lebih
menyerupai talak atau sumpah? Terjadi perbedaan pendapat.”
فَرْضُ الْكِفَايَةُ هَلْ يَتَعَيَّنُ بِالشُّرُوْعِ أَمْ
لَا فِيْهِ خِلَافٌ
“Apakah fardhu kifayah
berubah menjadi fardhu ain ketika telah dikerjakan atau tidak? Terjadi perbedaan pendapat.”
الزَّائِلُ الْعَائِدُ هَلْ هُوَ كَالَّذِيْ لَمْ يَزَلْ أَوْ
كَالَّذِيْ لَمْ يَعُدْ فِيْهِ خِلَافٌ
“Sesuatu yang hilang
kemudian kembali itu seperti sesuatu yang tidak hilang atau tidak kembali? Terjadi perbedaan pendapat.”
الْعِبْرَةُ بِالْحَالِ أَوْ بِالْمَآلِ فِيْهِ خِلَافٌ
“Hal yang dijadikan
tolak ukur peristiwa, apakah waktu yang sedang berlangsung atau waktu yang akan
datang? Terjadi
perbedaan pendapat.”
إِذَا بَطَلَ الْخُصُوْصُ هَلْ يَبْقَى الْعُمُوْمُ فِيْهِ
خِلَافٌ
“Apabila sifat khusus
dihukumkan batal, apakah karakter umumnya masih berlaku? Terjadi perbedaan pendapat.”
الْحَمْلُ هَلْ يُعْطَى حُكْمُ الْمُعْلُوْمِ أَوْ الْمَجْهُوْلِ
فِيْهِ خِلَافٌ
“Apakah janin
digolongkan kepada sesuatu yang diketahui atau tidak? Terjadi perbedaan pendapat.”
النَّادِرُ هَلْ يُلْحِقُ بِجِنْسِهِ أَوْ بِنَفْسِهِ
فِيْهِ خِلَافٌ
“Sesuatu yang jarang
terjadi itu dihukumi sesuai dengan jenisnya atau memiliki hukum tersendiri? Terjadi perbedaan pendapat.”
الْقَادِرُ عَلَى الْيَقِيْنِ هَلْ لَهُ الْإِجْتِهَادُ وَالْأَخْذُ
بِالظَّنِّ فِيْهِ خِلَافٌ
“Apakah orang
yang mampu meraih keyakinan diperkenankan berijtihad dan berpegang dengan
dugaan yang kuat? Terjadi perbedaan pendapat.”
الْمَانِعُ الطَّارِئُ هَلْ هُوَ كَالْمُقَارِنِ فِيْهِ
خِلَافٌ
“Apakah
penghalang yang baru dianggap sesuatu yang menyertai? Terjadi perbedaan pendapat.”
Demikianlah seluruh kaidah-kaidah yang
terdapat dalam qawaid fiqhiyyah.
Sumber:
Asybah wa al-Nazhair
Idhah al-Qawaid