Kisah Ibrahim bin Adham dengan Seekor Gagak
![]() |
Kisah Ibrahim bin Adham dengan Seekor Gagak |
Fitrahnya manusia adalah memiliki nafsu. tentunya nafsu sangat merindukan dan memimpikan kemewahan. Bahkan mereka sampai lupa dengan apa tujuan mereka diciptakan. Berbagai pandangan tentang akhirat sering mereka dengarkan. Namun, hal tersebut sulit untuk ditinggalkan dan dilupakan.
Pada kesempatan kali ini, penulis akan menceritakan sebuah kisah yang semoga nantinya bermanfa’at dan mungkin bisa melepaskan dahaga bagi teman-teman yang sedang kehausan. Sebagai sarana untuk menjadi manusia, makhluk yang beriman dan mendapatkan ridha dari Allah SWT. Aamiin….
Seorang ulama sufi yang mempunyai pengaruh besar dalam sejarah Islam. Seorang bangsawan yang rela meninggalkan semua kemewahan, bertaubat, mengembara untuk menempuh jalan kesufian. Beliau adalah Ibrahim bin Adham.
Disebutkan dalam sebuah hikayat. Pada suatu hari Ibrahim bin Adham berangkat ingin berburu. Di suatu tempat, beliau beristirahat dan membentangkan tikarnya, lalu mengeluarkan bekal yang dibawanya. Satu persatu bekal tersebut diletakkan di atas tikar.
Ketika beliau ingin menyantap makanan, tiba-tiba datang seekor burung gagak mengambil sepotong roti dengan paruhnya, lalu membawanya terbang. Ibrahim bin Adham merasa heran dengan apa yang dilakukan burung gagak. Mata beliau mengikuti kemana arah burung gagak itu pergi.
Setelah melihat arah kepergian burung gagak, Ibrahim naik ke atas kuda dan mengejarnya. Burung gagak terus terbang hingga menyebrangi bukit dan hilang dari pandangannya. Ibrahim mengejarnya, mendaki gunung hingga terlihatlah burung gagak dari jauh.
Ketika Ibrahim berjalan untuk mendekatinya, burung itu pun terbang dan menghilang. Ketika itu, Ibrahim melihat di hadapannya ada seorang laki-laki yang terikat tangan dan kakinya dalam keadaan terlentang.
Melihat kejadian itu, Ibrahim pun turun dari kudanya, lalu membuka ikatan tali yang ada ditubuh laki-laki tersebut dan menanyakan tentang apa yang telah terjadi.
Kemudian laki-laki itu menjawab: “Sebenarnya aku adalah pedagang. Saat aku melintas, datang segerombolan perampok dan merampas semua hartaku. Mereka tidak membunuhku, tetapi menyiksa dan mengikatku di tempat ini hingga mencapai tujuh hari. Setiap hari burung gagak selalu datang kepadaku dengan membawa makanan.
Burung gagak itu bertengger di dadaku dan dengan paruhnya menghancurkan makanan yang dibawanya, lalu menyuapikannya ke dalam mulutku. Allah tidak membiarkanku dalam keadaan lapar selama beberapa hari.”
Setelah mendengar cerita. Ibrahim pun menaiki kuda dengan membawa laki-laki tersebut dan kembali ke tempat semula.
Menyadari bahwa Allah lah yang memberi rezeki dan mencukupi semua kebutuhan makhluk, Ibrahim bertaubat bersujud memohon ampunan Allah SWT. Baju kebesaran yang beliau pakai dilepaskan dan menggantinya dengan yang lebih murah.
Tidak hanya itu, hamba sahaya dimerdekakan, tanah dan semua hartanya diwakafkan. Kemudian beliau mengambil sebilah tongkat dan berjalan menuju Mekah tanpa bekal maupun kendaraan. Dengan tanpa bekal, Ibrahim sama sekali tak pernah merasa lapar, hingga sampai di Mekah.
Kisah di atas mengajarkan kita bahwa Allah sudah menjamin penghidupan setiap makhluk yang diciptakannya. Allah SWT tidak akan membiarkan hambanya hidup tanpa rezeki. Jangankan yang bisa bekerja, berjalan dan bergerak, yang terikat pun seperti laki-laki dalam hikayat diatas masih bisa bertahan hidup dan mendapatkan rezeki dari Allah SWT.
ومامن دآبة الا على الله رزقها
Wallahu A’lam.
Sumber: Durrah al-Nasihin
Posting Komentar