Uraian Lengkap Tentang Hakikat dan Majaz dalam Ilmu Ushul
Uraian Lengkap Tentang Hakikat dan Majaz
Sebagaimana yang telah penulis jelaskan sebelumnya pada pembahasan kalam
bahwa hakikat dan majaz merupakan salah satu dari pembagian kalam dengan
melihat dari sisi pemakaian.
Di sana juga dijelaskan sedikit dari definisi hakikat dan majaz beserta
contohnya.
Dan di sini penulis akan menjelaskan secara lengkap dan ringkas tentang hakikat
dan majaz dalam ilmu ushul dan juga beberapa pembagiannya.
Pengertian Hakikat
Para ulama berbeda pandangan dalam mendefinisikan hakikat.
Sebagian mendefinisikannya dengan kalimat yang digunakan dengan makna
dasar.
Contohnya kata Shalat (صلاة)
yang artinya adalah doa kebaikan.
Sebagian yang lain mengatakan bahwa hakikat adalah kalimat yang digunakan
dengan makna yang telah diistilahkan oleh suatu kelompok orang walaupun hal itu
telah bergeser dari makna dasar.
Contohnya kata Shalat (صلاة).
Para fuqaha mengartikannya dengan beberapa perkataan dan perbuatan yang
dimulai dengan bacaan takbir dan diakhiri dengan salam. Padahal secara dasar
shalat diartikan dengan doa kebaikan.
Pembagian Hakikat
Berdasarkan definisi yang kedua, hakikat terbagi tiga, yaitu:
1. Lughawiyyah
2. Syar’iyyah
3. Urfiyyah
Lughawiyyah
Hakikat lughawiyyah adalah kata yang diartikan/diletakkan oleh ahli bahasa.
Contohnya kata Shalat (صلاة)
yang artinya adalah doa kebaikan.
Syar’iyyah
Hakikat syar’iyyah adalah kata yang diartikan/diletakkan oleh syara’.
Contohnya kata Shalat (صلاة)
yang artinya adalah beberapa perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan bacaan
takbir dan diakhiri dengan salam.
Urfiyyah
Hakikat urfiyyah terbagi 2, yaitu:
1. Urfiyah ammah
2. Urfiyyah khashshah
Urfiyah Ammah
Hakikat urfiyyah ammah adalah peletakan maknanya tidak terbatas pada sebuah
kelompok atau daerah.
Contohnya kata Dabbah (دابّة) yang kebanyakan orang mengartikannya dengan “hewan berkaki
empat”.
Urfiyyah Khashshah
Hakikat urfiyyah khashshah adalah peletakan maknanya terbatas pada sebuah
kelompok atau daerah.
Contohnya kata fa’il (فاعل)
yang para ahli nahwu mengartikannya dengan “isim yang dibaca rafa’ dsb.”.
Pengertian Majaz
Perbedaan pendapat dalam mendefinisikan hakikat berdampak juga kepada
majaz, yang mana majaz merupakan lawan daripada hakikat.
para ulama berbeda pendangan dalam mendefinikan hakikat.
Sebagian mendefinisikannya dengan kalimat yang tidak digunakan dengan makna
dasar karena ada beberapa alasan atau hubungan dengan makna yang kedua.
Contohnya kata Dabbah (دابّة) yang makna dasarnya adalah “binatang yang melata”. Sedangkan
makna yang kedua (makna majaz) adalah hewan yang berkaki empat. Adapun hubungan
antara keduanya adalah hewan berkaki empat merupakan bagian dari binatang yang
melata.
Sebagian yang lain mengatakan bahwa majaz adalah kalimat yang tidak
digunakan dengan makna yang telah diistilahkan oleh kelompok orang yang
memperbincangkannya.
Contohnya kata Shalat (صلاة)
yang digunakan oleh para fuqaha dengan makna “doa kebaikan” karena mereka telah
menjadikan istilah dari kata shalat dengan makna “beberapa perkataan dan
perbuatan yang dimulai dengan bacaan takbir dan diakhiri dengan salam.”
Pembagian Majaz
Berdasarkan cara pembentukannya, majaz terbagi kepada 4, yaitu:
1. Nuqshan
2. Ziyadah
3. Naql
4. Isti’arah
Nuqshan
Majaz nuqshan adalah majaz yang terjadi dengan pengurangan kata, yang mana
kata yang tersisa mempunyai tanda untuk menunjukkan bentuk kata yang dibuang.
Contohnya:
وَاسْأَلِ
الْقَرْيَة
Bentuk asalnya adalah:
وَاسْأَلْ
أَهْلَ الْقَرْيَة
Ziyadah
Majaz ziyadah adalah majaz yang terjadi dengan penambahan kata.
Contohnya:
لَيْسَ
كَمِثْلِهِ شَيْئٌ
Bentuk asalnya adalah:
لَيْسَ مِثْلَهُ
شَيْئٌ
Naql
Majaz naql adalah majaz yang terjadi dengan pemindahan kata kepada makna
lain.
Contohnya kata al-Ghaith (الغائط) yang digunakan dengan makna kotoran yang keluar dari manusia.
Sedangkan makna dasarnya adalah tempat rendah yang disediakan untuk membuang
hajat.
Isti’arah
Majaz isti’arah adalah majaz yang terjadi dengan sebab keserupaan.
Contohnya:
رَأَيْتُ
أَسَدًا فِى الْحَمَّامِ
“Aku melihat singa di hammam (kamar mandi uap)”.
Bentuk asalnya adalah:
رَأَيْتُ
رَجُلًا شُحَاعًا فِى الْحَمَّامِ
“Aku melihat laki-laki pemberani di hammam (kamar mandi
uap)”.
Hammam adalah tempat yang sangat jauh kemungkinan
untuk masuknya singa, sehingga kata “أسد”
tidak bisa digunakan dengan makna dasar. Maka kata “أسد”
bermakna majaz, yakni bermakna sesuatu yang memiliki keserupaan dengannya dan
sesuai dengan maksud dari kalimat tersebut.
Salah satu makna yang cocok adalah “رجل شجاع”, yang memiliki titik kesamaan dengan “أسد”
dari sisi keberanian dan juga sesuai dengan maksud kalimat.
Faktor Pemindahan Hakikat kepada Majaz
Pemindahan kata dari hakikat kepada majaz,
tentu mempunyai alasan dan beberapa faktor. Di antara faktor tersebut adalah:
· Makna hakikat sulit diucapkan.
· Hakikat kurang enak didengar
· Nilai sastra yang terkandung pada majaz
· Majaz lebih masyhur daripada hakikat
· Menyembunyikan hakikat dari orang ketiga
Sumber:
Lathaif al-Isyarat
Jam’u al-Jawami’
Posting Komentar